This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Monday 17 August 2009

FILOSOFI DAKWAH




>>>>>> Download <<<<<
Apa yang Anda pikirkan tentang hidup ini ? Filosofi apa yang Anda unggulkan untuk meraih sukses Anda ? Sebagian orang ada yang beranggapan ia ingin menjadi martir layaknya lilin.

Orang berfilosofi boleh – boleh saja, Relakah kita dikenal orang dengan sebutan “jarkoni”, ngajarno ning ora ngelakoni :-). Pintar bicara tapi tak bisa menjalankan. sekali lagi relakah kita ???

Lilin adalah filosofi Nasrani yang katanya dinisbakan pada Yesus Kristus, lalu dagingnya itu ibarat roti yang dimakan umatnya, dan darahnya diminum oleh umatnya. Wuih sadis banget ya, Tapi, biar saja itu keyakinan mereka.

Bagi umat Islam tentu lain dan punya filosofi tersendiri berdasarkan Al Quran dan Sunnah Rasulullah SAW. Islam melarang umatnya hanya jadi makelar pahala. Seperti orang yang mengajak dan menyuruh orang lain untuk naik kendaraan atau bis. Sementara dirinya ditinggalkan dan rela berkoar – koar demi mendapatkan recehan (tapi bukan niat saya untuk menghina pekerjaan tersebut tapi hanya mengambil pelajaran saja koq, OK). Dan memang kenyataannya ada yang kayak gitu kan J

Allah Azza wa Jalla telah memperingatkan dengan keras agar kita tidak menjadi orang – orang yang pintar menyuruh orang lain tapi melupakan diri sendiri, Allah berfirman.

Mengapa kamu menyuruh manusia untuk berbuat baik dan engkau lupakan dirimu sendiri, padahal membaca membaca Al kitab (Taurat)? Apakah kamu tidak berfikir?

(QS. Al Baqarah : 44)

Dan juga di Al Quran Surat As Shof ayat 2-3 Allah lagi – lagi menegur kita, terutama bagi aktivis dakwah, da’i, ustad dll

Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.

(QS. As-Shaff : 2-3)

Dua ayat di atas sudah sangat jelas, sering, dan akrab untuk menjadi warning bagi kaum muslimin agar tidak menjadi lilin yang menerangi sekelilingnya dan menghancurkan dirinya. Seorang muslim dianjurkan dan diajarkan untuk selalu melakukan perbaikan diri (ishlahun nafs) secara terus menerus, melakukan perbaikan dan sekaligus menjadi teladan di tengah umat. Sekali lagi, ia bukanlah lilin yang menerangi sementara dirinya terbakar habus. Rasulullah SAW juga memperingatkan dalal sabdanya,

“Perumpamaan orang yang mengajarkan kebaikan kepada manusia sedang ia melupakan dirinya sendiri seperti lilin (lentera) yang menerangi manusia tapi membakar dirinya sendiri.” (HR. Thabarani, hadist hasan. Menurut Nashiruddin Al Albaniy hadist ini shahih, STT, 1/128)

Logikanya, bagaimana kita bisa menyelamatkan orang lain, kalau kita tak bisa menyelamatkan diri terlebih dulu ? Bagaimana bila kita seperti lentera yang terus menyala, sementara tak pernah diisi minyak? Tentu akan semakin panas dan terbakar hingga ke akar-akarnya.

Jadi manusia yang baik adalah yang mampu menolong dirinya sendiri dengan tidak menzhalimi dirinya sendiri apalagi orang lain, seperti kata Nabi, “Seorang muslim adalah orang yang menyelamatkan muslim yang lainnya dari kejahatan lidahnya dan tangannya

Adapun puncak kemulian mukmin itu apabila ia dapat menjadi pintu kebaikan bagi orang lain, bermanfaat bagi yang lain :

“Sebaik – baik kalian adalah orang paling bermanfaat bagi orang lain”

“Sebaik – baik kalian yang mempunyai umur yang panjang dan baik amalnya”

“Sebaik – baik kamu adalah yang mempelajari Al Quran dan mengajarkannya kepada orang lain”

Tak ada perubahan besar yang terjadi secara tiba-tiba. Seringkali, dimulai dari sesuatu yang sangat sederhana. Dimulai dari yang kecil. Diawali dari diri sendiri. Dilakukan mulai saat ini. Maka ubahlah dirimu, niscaya engkau telah mengambil bagian dalam mengubah dunia dan peradaban.

Think Gblobally act Locally (berfikir besar bertindak sesuai kapasitas) And Think Big start small (Berfikir besar, mulailah dari hal – hal kecil)

Referensi :

· Buku “Manajemen Ramadhan menuju Ramadhan terindah (Ustad Sholikhin Abu ‘Izzuddin,Bina Insani Press (Mitra Mencerdaskan Ummat),Solo,2005)”

· Kitab Nashiruddin Al AlBaniy (Semoga Allah Merahmati Beliau)

· dll


Thursday 13 August 2009

JADWAL IMSYAKIYAH RAMADHAN 1430 H

Friday 7 August 2009

10 INDIKATOR GAGAL MERAIH KEUTAMAAN RAMADHAN

---DOWNLOAD---

“Aduh Ramadhan yang lalu rasanya saya rugi, karena tak mendapat kesan yang mendalam…..”

“Alhamdulillah kalau saya sih bisa I’tikaf penuh sehingga bisa benar – benar enjoy selama Ramadhan kemarin”

“Sebenarnya saya jauh-jauh hari sudah mendambakan Ramadhan yang sukses, tapi banyaknya Tugas Kuliah sehingga di mana – mana ibadah saya keteteran… ”

Itulah beberapa gambaran komentar yang sering kita simak dari para teman – teman kita, para aktifis masjid seputar Ramadhan.

Lalu Bagaimana dengan Anda ???

Betapa banyak orang yang “sukses” tapi sesungguhnya ia telah gagal, Kata Nabi SAW, “Betapa banyak orang yang berpuasa namun ia tidak mendapatkan apa – apa dari puasanya kecuali lapar dan dahaga…” (HR. Bukhari Muslim)

Hadist ini merupakan sindiran dan peringatan tentang kualitas ibadah puasa kita yang sekadar meninggalkan makan dan minum saja. Mestinya hadist ini membangkitkan kewaspadaan kita untuk lebih teliti dan berhati – hati serta tidak terjerumus di dalam kesalahan yakni menjalani Ramadhan sekadar upacara ritual tahunan. Masuk tanpa kerinduan, berlalu pun tanpa kesan. Kasihan !!!

Tetapi setindaknya kita perlu berhitung dan memiliki Neraca Indikator agar setiap ibadah kita di bulan Ramadhan benar – benar berbobot, hingga kita bisa lulus dari Madrasah Ramadhan menjadi pribadi yang lebih berkualitas. Iman meningkat, dan Taqwa pun kita dapat. Sebagaimana kita selalu baca berulang – ulang firman Allah,

“Wahai orang – orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan atas umat sebelum kamu, supaya kamu bertaqwa”
(QS. Al-Baqarah ayat 183)

Berikut ini ada beberapa indikasi kegagalan Ramadhan kita, antara lain :

1. Pertama, ketika kita kurang optimal melakukan “Warming up” dengan melakukan ibadah sunnah di bulan Rajab dan Sya’ban

Ibarat sebuah mesin, memperbanyak ibadah sunnah di bulan sya’ban berfungsi sebagai pemanasan bagi kesiapan ruhani, fisik, dan pemikiran memasuki Ramadhan. Berpuasa sunnah, memperbanyak tilawah Qur’an, Salat malam sebelum Ramadhan akan menjadikan suasana hati dan tubuh lebih kondusif untuk menunaikan ibadah di bulan penuh pahala.

Barangkali ini diantara hikmah mengapa jauh – jauh hari sebelum Ramadhan kita di ajarkan oleh para salafus shalih untuk juga melantunkan doa kerinduan dan harapan perjumpaan meraih berkah Ramadhan.
Doa itu adalah “Allahumma baariklanaa fii Rajab wa Sya’ban wa ballighnaa Ramadhaan…Ya Allah berikanlah keberkahan kepada kami di bulan Rajab dan Sya’ban dan sampaikalah umur kami hingga bulan Ramadhan ”

2. Ketika target pembacaan Al – Quran yang dicanangkan, minimal satu kali khatam tidak terpenuhi selama bulan Ramadhan.

Ini termasuk fatal, sebab di bulan Ramadhan ini pembacaan Al Quran merupakan bentuk ibadah tersendiri yang sangat dianjurkan. Bukankah Ramadhan merupakan Syahrul Qur’an ? pada bulan inilah Allah menurunkan wahyu Nya dari Lauhul Mahfud ke langit dunia. Peristiwa ini sering disebut Lailatul Qodar, malam yang penuh kemuliaan. Pada bulan ini pula malaikat Jibril ‘alahis salam biasa mengulang – ulang bacaan Al Quran kepada Rasulullah. Aktifitas ini juga disebut Muraja’ah, yakni mengecek bacaan Al Quran yang sudah diwahyukan.

Bagi kaum muslimin, orang – orang yang beriman, dan orang – orang yang berpuasa di bulan ini sangat dianjurkan memiliki wirid Al Quran yang lebih baik lagi dari bulan – bulan sebelumnya. Kenapa harus mengkhatamkan minimal satu kali sepanjang bulan ini ?

Karena memang itulah target yang diajarkan oleh Rasulullah, ketika Abdullah bin Umar bertanya kepada beliau, “Berapa lama sebaiknya seseorang mengkhatamkan Al Quran? Rasulullah menjawab, satu kali dalam satu bulan,” Abdullah bin Umar berkata, “Saya bisa lebih cepat dari satu kali khatam dalam satu bulan” Rasul berkata lagi, “Kalau begitu, bacalah dalam satu pekan” Tapi Abdullah bin Umar mengatakan bahwa dirinya masih mampu membaca seluruh Al Quran lebih cepat dari satu pecan. Kemudian Rasul mengatakan “Kalau begitu bacalah dalam tiga hari” Dalam Riwayat lain dikatakan. “Janganlah kalian mengakhatamkannya lebih cepat dari tiga hari”

Hal ini karena bisa mengurangi kualitas tilawahnya, kurang memahami sehingga tidak mampu menyentuh jiwa.

Jadi sangat jelas bahwa tilawah Quran harus menjadi agenda atau jadwal khusus bagi seorang muslim apalagi seorang juru dakwah. Misalnya Imam Malik Rahimahullah biasa mengkhatamkan Al Quran di bulan Ramadhan sebanyak 60 kali. Bagaimana bisa? Tentu hafalannya luar biasa,

Kata Usman bin Affan ra. “Apabila hati itu suci, maka ia tak akan pernah kenyang untuk membaca Al Quran”

3. Ketika berpuasa tak menghalangi seseorang dari penyimpangan mulut seperti membicarakan keburukan orang lain, mengeluarkan kata – kata kasar, membuka rahasia, mengadu domba, menebar fitnah, berdusta dan sebagainya.

4. Ketika puasa tak bisa menjadikan pelakunya berupaya memelihara mata dari melihat yang haram.

5. Ketika malam – malam Ramadhan menjadi tak ada bedanya dengan malam selainnya.

Di dalam shalat malam ini Rasulullah juga mengajarkan doa – doa yang insyaAllah diijabahi oleh Allah Azza wa Jalla. Diantara doa yang diperbanyak untuk membacanya dalam shalat terawih adalah “Allhumma inna nas-aluka ridhaaka wal jannah wa na’udzubika min sakhatika wan narYa Allah, kami mohon keridhaan-Mu dan Surga-Mu. Dan kami mohon perlindungan dari kemarahan-Mu dan dari nerake-Mu..Allahummaa innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu ‘anni…Ya Allah sesungguhnya Engkau maha Pengampun menyukai pemberian ampunan, maka maafkanlah aku…

6. Jika saat berbuka puasa menjadi saat melahap semua keinginan nafsunya yang tertahan sejak pagi hingga petang.

7. Ketika bulan Ramadhan tidak dioptimalkan untuk banyak mengeluarkan infaq dan shadaqah

8. Ketika hari – hari menjelang Idhul Fitri lebih sibuk dengan persiapan lahir dan tidak sibuk memasok perbekalan ruhani sebanyak – banyaknya pada 10 malam hari terakhir untuk memperbanyak ibadah.

9. Ketika Idhul fitri tiba dirayakan laksana hari merdeka, seperti orang yang keluar dari penjara dan kembali melakukan berbagai kemaksiatan dan penyimpangan.

10. Setelah Ramadhan nyaris tak ada ibadah yang ditindak lanjuti(follow up) pada bulan selanjutnya

Untuk mengantisipasi kegagalan tersebut sesungguhnya sejak awal harus ditanamkan bahwa amaliah Ramadhan satu bulan penuh itu mestinya menjadi pemasok, bahan bakar ruhani agar keimanannya tetap menyala dan menggelora dan semakin meningkat di sebelas bulan ke depan.

Namun orang akan gagal meraih energi dan keutamaan Ramadhan saat ia tidak lagi berupaya menghidupkan dan melestarikan amal – amal ibadah yang pernah dijalankan dalam satu bulan.

Semoga Ramadhan masih menjadi prioritas agenda untuk kita perhatikan.

Wednesday 5 August 2009

RAMADHAN ADALAH MOMENTUM, JANGAN DI LEWATKAN !!!

-----DOWNLOAD-----
Menurut riwayat Ahmad dari Abu Hurairah ra., ia mengatakan bahwa Rasulullah SAW senantiasa menyongsong kedatangan bulan Ramadhan dengan berita gembira kepada para sahabatnya seraya bersabda,

“Sungguh telah datang kepadamu bulan Ramadhan, bulan penuh keberkahan. Allah memfardhu-kan atas kamu puasanya. Di dalam bulan Ramadhan dibuka segala pintu surga dan dikunci segala pintu neraka dan dibelenggu seluruh syetan. Padanya ada suatu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Barangsiapa tidak diberikan kepadanya kebaikan malam itu, maka sesungguhnya dia telah dijauhkan dari kebaikan.”

Di sini Rasulullah menemukan momentum. Sebab itu bulan ini segala kebaikan disediakan Allah. Kesempatan berbuat baik di buka lebar – lebar, plus janji bonus pahala berlipat ganda. Di dalamnya ada sebuah malam yang nilai ibadahnya lebih baik daripada seribu bulan. Singkatnya, di sinilah Allah membentangkan suasana kondusif yang akan mengantarkan kita menjadi Insan kamil yang muttaqin.

MOMENTUM PAHALA

Sungguh tak seorang pun yang menyia-nyiakan kesempatan panen pahala pada bulan ini, kecuali mereka yang telah benar-benar meredupkan cahaya hidayah dan keimanan di dalam hatinya.

Itulah seseorang yang dalam dadanya tak ada lagi secuil cahaya Al-Qur’an yang bersemayam di dalamnya. Rasulullah mengibaratkan ia seperti rumah kosong yang roboh.

“Sesungguhnya seseorag yang di dalamnya, tak ada lagi secuil cahaya Al-Qur’an niscaya ia ibarat rumah kosong yang roboh”
(HR. Tirmidzi)

Padahal Ramadhan adalah momentum pahala yang luar biasa. Tak ada satu bulan pun yang melebihi keutamaan bulan ini. Kerena di dalamnya ada momentum pahala yang berlipat ganda terbentang sepanjang detik, jam, hari, pecan hingga selama satu bulan. Dari Abu Hurairah ra. Berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda,

“Barangsiapa melakukan qiyam Ramadhan (terawih) dengan penuh keimanan dan mengharapkan pahala, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu”
(Muttafaqun ‘alaih)

Dalam riwayat yang lain juga kelanjutan hadist tersebut, Rasulullah SAW bersabda,

“Barangsiapa melakukan syiyam Ramadhan dengan penuh keimana dan mengharapkan pahala, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu”
(Muttafaqun ‘alaih)

Jadi syiyam dan qiyam, semuanya peluang untuk meraih momentum pahala yang berlipat ganda. Bahkan Allah memberikan ganjaran khusus.

Dalam hadist qudsi ditegaskan bahwa puasa itu ibadah yang “pahalanya khusus” dari Allah. “Ash-shoumu lii …wa Ana ajzi bihi… puasa itu untuk-Ku dan Akulah yang akan memberikan pahalanya”

MOMENTUM PENERAPAN SYARIAH

Kita tentu merindukan tegaknya syariah, karena syariah bagitu indah. Hidup begitu mulia dan suasana aman, tenteram, sentausa, dan sejahterah. Betapa kondusifnya bulan ini bagi pembinaan diri, keluarga dan masyarakat. Karena di bulan suci ini momentum kebersamaan dan kekompakan keluarga serta masyarakat dalam menegakkan syariah Islam yang diejawantahkan secara sempurna. Seperti sahur bersama, berbuka bersama, shalat terawih berjamaah, dan I’tikaf bersama.

Namun sayang, itu semua yang merupaka embrio bagi diterapkannya syariah dalam kehidupan masyarakat, kembali layu seiring berakhirnya Ramadhan. Sayang memang.

Padahal apabila kebersamaan itu dilakukan denagn benar dan niat ikhlas semata – mata karena Allah, niscaya akan memberikan pengaruh psikologis yang luar biasa kepada individu, keluarga, pergaulan dan masyarakat di sekitar kita. Kerena kebersamaan dan keberjama’ahan itu sangat besar pengaruhnya dalam menentukan kemampuan kita untuk beristiqomah. Kebersamaan akan meningkatkan keimanan di tengah pasang surutnya fluktuasi keimanan kita kepada Allah Azza wa Jalla.

Maka bila kita rindu syariah, rindu syurga, di sinilah pentinganya kita memulai penerapan syariah islam dalam sebuah masyarakat secara riil melalui amaliah Ramadhan. Syariah benar-benar akan menjadi pagar hidup bagi masyarakat, menghindarkan dari kehinaan hawa nafsu dan kenaifan syaitaniyah yang destruktif. Nyatanya, suasama nyaman bersyariah Islam itu telah begitu indah kita rasakan sepenuh bulan. Bulan yang penuh berkah untuk meraih sukses dunia dan akhirat. Maka, sekaranglah saatnya kita “Tegakkanlah daulah Qur’an di hati kita agar tertegak di bumi kita….” Demikian pesan seorang ulama.

MOMENTUM DO’A

Bukankan kita sudah sering berdoa? Apakah kita belum merasakan dikabulkannya do’a kita ?

Maka bulan ini, do’a menemukan momentumnya yang luar biasa. Ada banyak waktu – waktu mustajabah tersedia. Ada aneka doa aplikatif yang bisa direncanakan. Ada kesempatan – kesempatan emas yang terlalu saying untuk dilewatkan. Ada malam – malam penuh pengabulan doa yang terlalu indah untuk diabaikan. Ada saat berbuka untuk berbagi rasa dengan sesama sekaligus mempererat ukhuwah serta sarana untuk mengabulkan doa. Ada saat – saat menahan lapar dan haus agar jiwa tidak semakin rakus. Ada saat menahan gejolak nafsu gejolak seksual untuk mengangkat harkat dan martabat bahwa kita adalah manusia.
Bila kita mampu menggunakan momentum prima tersebut untuk berdoa, tentu hati tak kecewa, jiwa tak merana dan kegelisahan pun sirna. Mari rencanakan doa – doa kita, wahai saudara – saudara yang kucinta.

MOMENTUM CINTA

Ramadhan adalah bulan pilihan. Diciptakan oleh Allah untuk manusia karena Allah amat cinta kepada kita Mengapa ?
Kita adalah umat yang lemah. Pendek umurnya. Lemah fisiknya. Sedikit ketaatannya. Rasa malas lebih sering mendominasi jiwa. Kalau sendiri gampang berbuat dosa. Barulah kalau bersama – sama kita lebih bergairah. Atas dasar cinta Allah ciptakan manusia yang suka berkeluh kesah. Lalu Allah anugerahkan bulan penuh pahala berlipat ganda agar manusia menghayati dan mengamalkan banyak ibadah didalamnya.

Maka balaslah cinta Allah untuk memuaskan cinta kita. Seperti membaca Al-Qur’an. Itu adalah bentuk ekspresi cinta kepada “surat dan ayat” dari sang Kekasih yang telah Dia kirimkan. Mengapa tak kit abaca jua ? atau Qiyamullail. Itu adalah oase untuk menebus kerinduan dan mereguk kenikmatan hingga saatnya meraih syurga yang dijanjikan.

Di bulan suci ini cinta kita diuji. Apakah kita masih egois mementingkan diri ataukah terpanggil mendidik anak istri serta menyantuni fakir miskin yang sering mengitari ? Cinta kita diuji apakah harta – harta duniawi yang lebih kita sukai ataukah beribadah dan berinfaq di jalanNya meraih ridho Ilahi ?

Saudaraku, mari benar – benar memanfaatkan bulan ini dengan aneka momentumnya. Ramadhan adalah momentum langkah. Ia sekaligus sebagai bulan pendidikan, syahrut tarbiyah dan bulan penuh maghfirah.

Saudaraku, gunakan momentum ini. Siapa tahu barangkali ini momentum terakhir kita. Karena itu persiapkan diri, lakukan manajemen diri antisipasi terhadap hal – hal yang tak kita ingini.

Semoga Allah memberi kekuatan kita menggunakan momentum ini sepenuh hati.

Bagaimana Cara Mengendalikan Hawa Nafsu?

Assalamu'alaikum
Bagaimana cara mengendalikan hawa nafsu agar tidak terjerumus ke dalam perbuatan yang dibenci Allah ??
terima kasih
Jawaban
Saudaraku yang dirahmati Allah SWT, hidup ini adalah perjuangan melawan hawa nafsu (syetan). Kadangkala kita menang dan kadangkala kita kalah melawan hawa nafsu syetan kita. Imam Ghazali menyebut ada tiga bentuk perlawanan manusia terhadap hawa nafsu. Yang pertama, nafsu muthmainnah (nafsu yang tenang), yakni ketika iman menang melawan hawa nafsu, sehingga perbuatan manusia tersebut lebih banyak yang baik daripada yang buruk. Yang kedua, nafsu lawwamah (nafsu yang gelisah dan menyesali dirinya sendiri), yakni ketika iman kadangkala menang dan kadangkala kalah melawan hawa nafsu, sehingga manusia tersebut perbuatan baiknya relatif seimbang dengan perbuatan buruknya. Yang ketiga adalah nafsu la’ammaratu bissu’ (nafsu yang mengajak kepada keburukan), yakni ketika iman kalah dibandingkan dengan hawa nafsu, sehingga manusia tersebut lebih banyak berbuat yang buruk daripada yang baik.
Coba Anda renungkan, termasuk manakah Anda?
Kalau saya bersangka baik kepada Anda, maka saya menilai Anda masih termasuk kelompok yang pertama, yaitu nafsu muthmainnah. Memang salah satu ciri orang yang ternasuk nafsu muthmainnah adalah segera sadar dan gelisah terhadap perbuatannya yang buruk. Walaupun ia melakukan perbuatan buruk yang kecil, tetapi sudah dianggapnya besar, sehingga ia selalu hati-hati dalam melangkah. Menurut saya, Anda perlu bersyukur kepada Allah SWT karena Anda memiliki ‘sensifitas yang tinggi’ terhadap perbuatan dosa. Dan ini adalah ciri orang-orang yang bertaqwa.
Jadi saran saya, sebaiknya kita segera meninggalkan perbuatan yang dibenci Allah sebelum jauh melangkah. Sebab kalau sudah menjadi kebiasaan akan sulit untuk menghilangkannya.
Sedangkan untuk mengendalikan hawa nafsu, sebaiknya Anda melakukan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Banyak melakukan ibadah, terutama ibadah-ibadah sunnah (sholat dhuha, tahajud, baca Al Qur’an, dll). Sebab makanan hati yang bersih adalah ibadah.
2. Minta kepada Allah dengan sungguh-sungguh (berdoa) agar keinginan Anda semakin kuat untuk meninggalkan hal-hal yang buruk.

Saya doakan semoga Anda menjadi orang yang lebih sholih dan mampu meninggalkan kebiasaan yang buruk. Amiin ya Robbal Alamin.
(Satria Hadi Lubis)
Mentor Kehidupan
Bagaimana Cara Mengendalikan Hawa Nafsu?
Assalamu'alaikum
Bagaimana cara mengendalikan hawa nafsu agar tidak terjerumus ke dalam perbuatan yang dibenci Allah ??
terima kasih
Jawaban
Saudaraku yang dirahmati Allah SWT, hidup ini adalah perjuangan melawan hawa nafsu (syetan). Kadangkala kita menang dan kadangkala kita kalah melawan hawa nafsu syetan kita. Imam Ghazali menyebut ada tiga bentuk perlawanan manusia terhadap hawa nafsu. Yang pertama, nafsu muthmainnah (nafsu yang tenang), yakni ketika iman menang melawan hawa nafsu, sehingga perbuatan manusia tersebut lebih banyak yang baik daripada yang buruk. Yang kedua, nafsu lawwamah (nafsu yang gelisah dan menyesali dirinya sendiri), yakni ketika iman kadangkala menang dan kadangkala kalah melawan hawa nafsu, sehingga manusia tersebut perbuatan baiknya relatif seimbang dengan perbuatan buruknya. Yang ketiga adalah nafsu la’ammaratu bissu’ (nafsu yang mengajak kepada keburukan), yakni ketika iman kalah dibandingkan dengan hawa nafsu, sehingga manusia tersebut lebih banyak berbuat yang buruk daripada yang baik.
Coba Anda renungkan, termasuk manakah Anda?
Kalau saya bersangka baik kepada Anda, maka saya menilai Anda masih termasuk kelompok yang pertama, yaitu nafsu muthmainnah. Memang salah satu ciri orang yang ternasuk nafsu muthmainnah adalah segera sadar dan gelisah terhadap perbuatannya yang buruk. Walaupun ia melakukan perbuatan buruk yang kecil, tetapi sudah dianggapnya besar, sehingga ia selalu hati-hati dalam melangkah. Menurut saya, Anda perlu bersyukur kepada Allah SWT karena Anda memiliki ‘sensifitas yang tinggi’ terhadap perbuatan dosa. Dan ini adalah ciri orang-orang yang bertaqwa.
Jadi saran saya, sebaiknya kita segera meninggalkan perbuatan yang dibenci Allah sebelum jauh melangkah. Sebab kalau sudah menjadi kebiasaan akan sulit untuk menghilangkannya.
Sedangkan untuk mengendalikan hawa nafsu, sebaiknya Anda melakukan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Banyak melakukan ibadah, terutama ibadah-ibadah sunnah (sholat dhuha, tahajud, baca Al Qur’an, dll). Sebab makanan hati yang bersih adalah ibadah.
2. Minta kepada Allah dengan sungguh-sungguh (berdoa) agar keinginan Anda semakin kuat untuk meninggalkan hal-hal yang buruk.

Saya doakan semoga Anda menjadi orang yang lebih sholih dan mampu meninggalkan kebiasaan yang buruk. Amiin ya Robbal Alamin.
(Satria Hadi Lubis)
Mentor Kehidupan

NOVEL ISLAMI SEMOGA BERMANFAAT



Novel Islami (Aku Menggugat Akhwat dan Ikhwan oleh Fajar Agutanto)


Download KLIK DISINI









Novel Pembangun Jiwa (HabiburrahmanElShirazy-Di AtasSajadahCinta)


Download KLIK DISINI










Novel Pembangun Jiwa (HabiburrahmanElShirazy-DalamMihrabCinta)


Download KLIK DISINI