Tuesday, 29 July 2008

Profesionalitas dalam berdakwah

***Diambil Dari Novel "Ayat-Ayat Cinta"***


Sepenggal episode perjalanan hijrah Nabi Muhammad SAW. ke Madinah. Ketika
akan berangkat hijrah ke Madinah beliau diberi seekor onta oleh Abu Bakar ra. Namun
beliau tidak mau menerimanya dengan cuma-cuma. Beliau mau menerima dengan syarat onta
itu beliau beli. Abu Bakar inginya memberikan dengan cuma - cuma untuk perjalanan hijrah Nabi.
Tapi baginda Nabi tidak mau beban tidak mau menggunakan kesempatan pengorbanan orang lain.
Abu Bakar punya keluarga yang harus di hidupi. Dakwah harus berjalan profesional meskipun
pengorbanan -pengorbanan tetap diperlukan. Dan Nabi mencontohkan profesional dalam berdakwah.
Beliau tidak mau menerima onta Abu Bakar kecuali dibayar harganya. Mau tak mau Abu Bakar pun mengikuti
keinginan Nabi. Onta itu dihargai sebagaimana umumnya dan Baginda Nabi membayar harganya. Barulah
keduanya berangkat hijrah. Itulah pemimpin sejati. Tidak seperti para kiai di Indonesia yang menyuruh umat
mengeluarkan shadaqah jariyah, bahkan menyuruh santrinya berkeliling daerah mencari sumbangan dana dengan
berbagai macam cara termasuk menjual kalender, tapi dia sendiri ongkang -ongkang kaki di masjid atau di pesantren.

ketika seseorang telah disebut 'Kiai' dia malu untuk turun ke kali untuk mengangkat batu, Meskipun batu itu untuk membangun
masjid atau pesantrennya sendiri. Dia merasa hal itu tugas orang -orang awam dan para santri. Tugasnya adalah mengaji. Baginya,
kemampuan membaca kitab kuning diatas segalanya. Dengan membacakan kitab kuning ia merasa sudah memberikan segalanya kepada umat.
Bahkan merasa telah menyumbangkan yang terbaik. Dengan khutbah Jum'at di masjid ia merasa telang oaling berjasa. Banyak orang lalai,
bahwa Baginda Nabi tidak pernah membacakan Kitab kuning. Dakwa Nabi dengan perbuatan lebih banyak daripada dakwah dengan khutab atau
perkataan. Ummul Mu'minin, Aisyah ra. berkata "Akhlaq Nabi adalah Al-Qur'an!" Nabi adalah Al -Qur'an berjalan. Nabi tidak canggung mencari kayu
bakar untuk para sahabatnya. Para sahabat meneladanin apa yang beliau contohkan. Akhirnya mereka juga menjadi Al- Qur'an yang menyebar ke seluruh
penjuru dunia Arab untuk di contoh seluruh umat. Tapi memang, tidak mudah meneladani akhlaq Nabi. Menuntut orang lebih mudah daripada menuntut diri
sendiri.

Pelajaran yang dapat di ambil dari cerita diatas adalah :
1. Seorang dai / Ustad harus lebih memberikan contoh perbuatan daripada omongan/khutbah(Dakwah bil Hal)
2. Seorang Dai / Ustad Harus Profesional Dakwah ya Dakwah tanpa membebani orang lain atau muridnya /santrinya
3. Seorang Dai / Ustad pantang menyuruh - nyuruh Santrinya.

Wallahua'lam Bissowaaab

1 comment:

  1. terima kasih sharing info/ilmunya...
    saya membuat tulisan tentang "Bagaimana Menjadi Khatib Efektif?"
    silakan berkunjung ke:

    http://achmadfaisol.blogspot.com/2008/08/bagaimana-menjadi-khatib-efektif-1-of-2.html

    salam,
    achmad faisol
    http://achmadfaisol.blogspot.com/

    ReplyDelete

Terima Kasih Atas Komentarnya