Allah swt telah berfirman: Alladziina qaala lahumunnaasu innannaasa qad jama’uu lakum fakhsauhum fazaadahum iimaana wa qaaluu hasbunallaahu wa ni’mal wakiil. Fanqalabuu bini’matim minallaahi wa fadhlin lam yamsashum suu-un wat taba’uu ridlwaanallaahi wallaahu dzuu fadzlin ‘adziim. Innamaa dzaalikumus syaithaanu yukhawwifu auliyaa-ah falaa takhaafuhum wa khaafuuni inkuntum mukminin. (yaitu) orang-orang yang mentaati Allah dan Rasul yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan, “Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka,” maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab, “Cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik pelindung. Maka mereka kembali dengan ni’mat dan karunia (yang besar) dari Allah, mereka tidak mendapat bencana apa-apa, mereka mengikuti keridhoaan Allah, Dan Allah mempunyai karunia yang besar. Sesungguhnya mereka itu tidak lain hanyalah syaithon yang menakut-nakuti (kamu) dengan kawan-kawannya (orang-orang musyrik Qurays) karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku jika kamu benar-benar orang yang beriman.
Maasyiral muslimin rakhimakumullah!
Seusai perang Uhud pada tahun ke-3 hijrah dan kaum muslimin telah mendapatkan apa yang mereka dapatkan, Abu Sufyan pemimpin kaum musyrik berseru kepada Rasulullah: “Ya Muhammad, jika engkau mau, maka tempat pertemuan kita selanjutnya adalah Badar.” Rasulullah saw. pun menjawab: “Ya, insya Allah ta’ala.”
Setiba di Madinah Rasulullah saw. kemudian merasa khawatir dan takut kalau-kalau orang musyrik datang ke Madinah untuk menyempurnakan kemenangan mereka. Menyikapai hal ini Rasulullah saw. lantas memanggil para sahabatnya agar segera keluar
dibelakang musuh. Beliau juga memerintahkan agar yang menyertai dirinya hanyalah yang ikut dalam satu peperangan saja. Para sahabatpun menyambut perintah itu dengan penuh kekuatan diri dan kebulatan tekad setelah mereka mendapatkan luka dan mereka terus berjalan hingga akhirnya mereka sampai sebuah tempat yang disebut dengan Hamra’ al-Asad.
Apa yang dikhawatirkan Rasulullah terbukti. Orang-orang musyrik tengah mempersiapkan diri mereka menuju Madinah Munawwarah. Namun, manakala mereka mengetahui bahwa Nabi telah keluar dari Madinah menuju Makkah dan mengira yang datang bersama Rasulullah adalah orang yang tidak ikut dalam perang sebelumnya Dan Allah memberikan rasa takut kepada hati meraka, maka merekapun bergegas kembali menuju Makkah .
Maasyiral muslimin rakhimakumullah!
Ketika Rasulullah saw. berada di Hamra’ al-Asad beliau menangkap seorang penyair yang bernama Abi Izzah. Abi Izzah ini seringkali mencela Rasulullah saw. dengan syair-syairnya dan memberi semangat kaum musyrikin untuk melawan kaum muslimin.
Rasulullah akhirnya memberikan kebaikan kepadanya, manakala terjadi perjanjian dengan Rasulullah bahwa dia tidak akan lagi melantunkan syair yang memberi semanagat kaum musyrikin untuk membunuh kaum muslimin. Namun Abi Izzah melanggar janji ini. Maka Rasulullah memerintahkan agar Abi Izzah dibunuh. Abi Izzah lalu bertawassul kepada Rasulullah saw agar memberikan kebaikan kepada dirinya sekali lagi. Rasulullah saw. menjawab: “Tidak demi Allah, Janganlah kau bersihkan kedua pipimu dengan Ka’bah. Engkau telah menipu Muhammad dua kali. Seorang mukmin tidak terjerumus ke dalam lubang yang sama dua kali.” Perang di Hamra al-Asad diangggap sebagai jawaban atas apa yang diperoleh kaum muslimin dalam perang Uhud.
Maasyiral muslimin rakhimakumullah!
Peristiwa diatas adalah pelajaran yang jelas dan gamblang bagi kaum muslimin dalam segala kondisi tidak tertipu oleh aktivitas kaum munafik, musyrik dan orang yang melanggar perjanjian. Seorang mukmin hendaknya tidak terjerumus kedalam sebuah lubang yang sama dua kali.
Maasyiral muslimin rakhimakumullah!
Dalam perang Badar, Abu Sufyan berupaya menangguhkan pasukan kaum muslimin dan melakukan perang urat syaraf, namun upaya ini menemui kegagalan.
Kaum muslimin terus datang ke Badar dengan senantiasa melantunkan, “Hasbunallaahu wa ni’mal wakiil (Cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik pelindung). maka bertambahlah keimanan orang mukmin. Maka hendaknya kita melantunkan, “Hasbunallaahu wa ni’mal wakiil (Cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik pelindung), terlebih saat ini kita berada dalam perkara yang besar. Allah adalah pelindung kita, Allahlah yang akan mencukupi kita dan Allahlah yang akan menjadi penolong kita. Dalam sebuah hadits Nabi diriwayatkan, “Jika kalian berada dalam perkara yang besar maka katakanlah Hasbunallaahu wa ni’mal wakiil.” Adalah Nabi Ibrahim as juga melantunkan ucapan ini ketika beliau dilempar ke dalam api.
Maasyiral muslimin rakhimakumullah!
Kaum muslimin telah keluar dan berdiam di Badar selama tiga hari. Mereka melakukan aktivitas perdaganagan dengan aman dan tenteram. Dan mereka pulang dengan membawa ghonimah dengan selamat. Sebagaimana yang ditunjukkan Allah dalam firman-Nya, “Alladziina qaala lahumunnaasu innannaasa qad jama’uu lakum fakhsauhum fazaadahum iimaana wa qaaluu hasbunallaahu wa ni’mal wakiil.( (yaitu) orang-orang yang mentaati Allah dan Rasul yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan, “Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka,” maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab, “Cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik pelindung.)
Ayat yang mulia diatas mengajak kita agar berdiam diri, tegar dan tetap kokoh dalam posisi atau tempat yang sulit. Ayat tersebut juga mengajak kepada kita untuk senantiasa bertawakal kepada Allah menyandarkan ketakutan hanya kepada-Nya karena tidak ada tempat berlindung kecuali hanya Dia, Allah SWT. Karena bila rasa takut seorang mukmin kepada Allah itu telah melekat dalam dirinya, maka Allah akan menundukkan semua makhluk kepadanya.
Maasyiral muslimin rakhimakumullah!
Kaum muslimin tidak berputus asa terhadap kejadian yang menimpa mereka pada perang Uhud. Mereka tidak tidur, tenang, melarikan diri dari tanggung jawab, memusuhi jabatan dan singgasana, menuduh satu dengan lainnya dari belakang, maupun menolong Parsi atau Rum. Mereka tidak pula melakukan konferensi politik, badan keamanan, maupun pernyataan atas nama bangsa sebagaimana yang dilakukan oleh dunia Islam saat ini.
Maasyiral muslimin rakhimakumullah!
Pada masa lampau, kaum muslimin telah mengalami ujian yang begitu berat kerika perang Tatar dan Salib berkecamuk. Dan nenek moyang kita bisa melampui kesulitan itu dengan tegar, kokoh dan pengorbanan. Hal ini dikarenakan mereka bertaqwa kepada Allah dan hanya takut kepada-Nya. Dalam sebuah riwayat Imam Hasan Bashri bertanya kepada seseorang, “Bagaimana rasa takutmu kepada Allah? Maka orang yang bertanya berkata, “Apabila saya berada dalam sebuah kapal laut, lalu kapal itu hancur dan meninggalkan satu papan, lalu aku menggantungkan diriku dengan papan itu. Dan engkau berada dalam Ombak yang besar maka bagaimanakan perasaanmu?, Ia menjawab “Saya sangat takut," Maka Hasan Al-Bashri berkata, “Begitulah rasa takutku kepada Allah siang dan malam.
Maasyiral muslimin rakhimakumullah!
Hari ini ummat Islam tengah mengalami ujian dan cobaan meskipun demikian hal ini tidak menghilangkan rasa kepercayaan kita kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Dan janganlah berputus asa, karena Allah swt telah berfiman yang artinya, “Janganlah berputus asa terhadap rahmat Allah, Sesungguhnya tidak berputus asa terhadap rahmat Allah kecuali orang-orang yang kafir.” Wallahua’lam.
Al-Islam - Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia