Friday, 7 August 2009

10 INDIKATOR GAGAL MERAIH KEUTAMAAN RAMADHAN

---DOWNLOAD---

“Aduh Ramadhan yang lalu rasanya saya rugi, karena tak mendapat kesan yang mendalam…..”

“Alhamdulillah kalau saya sih bisa I’tikaf penuh sehingga bisa benar – benar enjoy selama Ramadhan kemarin”

“Sebenarnya saya jauh-jauh hari sudah mendambakan Ramadhan yang sukses, tapi banyaknya Tugas Kuliah sehingga di mana – mana ibadah saya keteteran… ”

Itulah beberapa gambaran komentar yang sering kita simak dari para teman – teman kita, para aktifis masjid seputar Ramadhan.

Lalu Bagaimana dengan Anda ???

Betapa banyak orang yang “sukses” tapi sesungguhnya ia telah gagal, Kata Nabi SAW, “Betapa banyak orang yang berpuasa namun ia tidak mendapatkan apa – apa dari puasanya kecuali lapar dan dahaga…” (HR. Bukhari Muslim)

Hadist ini merupakan sindiran dan peringatan tentang kualitas ibadah puasa kita yang sekadar meninggalkan makan dan minum saja. Mestinya hadist ini membangkitkan kewaspadaan kita untuk lebih teliti dan berhati – hati serta tidak terjerumus di dalam kesalahan yakni menjalani Ramadhan sekadar upacara ritual tahunan. Masuk tanpa kerinduan, berlalu pun tanpa kesan. Kasihan !!!

Tetapi setindaknya kita perlu berhitung dan memiliki Neraca Indikator agar setiap ibadah kita di bulan Ramadhan benar – benar berbobot, hingga kita bisa lulus dari Madrasah Ramadhan menjadi pribadi yang lebih berkualitas. Iman meningkat, dan Taqwa pun kita dapat. Sebagaimana kita selalu baca berulang – ulang firman Allah,

“Wahai orang – orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan atas umat sebelum kamu, supaya kamu bertaqwa”
(QS. Al-Baqarah ayat 183)

Berikut ini ada beberapa indikasi kegagalan Ramadhan kita, antara lain :

1. Pertama, ketika kita kurang optimal melakukan “Warming up” dengan melakukan ibadah sunnah di bulan Rajab dan Sya’ban

Ibarat sebuah mesin, memperbanyak ibadah sunnah di bulan sya’ban berfungsi sebagai pemanasan bagi kesiapan ruhani, fisik, dan pemikiran memasuki Ramadhan. Berpuasa sunnah, memperbanyak tilawah Qur’an, Salat malam sebelum Ramadhan akan menjadikan suasana hati dan tubuh lebih kondusif untuk menunaikan ibadah di bulan penuh pahala.

Barangkali ini diantara hikmah mengapa jauh – jauh hari sebelum Ramadhan kita di ajarkan oleh para salafus shalih untuk juga melantunkan doa kerinduan dan harapan perjumpaan meraih berkah Ramadhan.
Doa itu adalah “Allahumma baariklanaa fii Rajab wa Sya’ban wa ballighnaa Ramadhaan…Ya Allah berikanlah keberkahan kepada kami di bulan Rajab dan Sya’ban dan sampaikalah umur kami hingga bulan Ramadhan ”

2. Ketika target pembacaan Al – Quran yang dicanangkan, minimal satu kali khatam tidak terpenuhi selama bulan Ramadhan.

Ini termasuk fatal, sebab di bulan Ramadhan ini pembacaan Al Quran merupakan bentuk ibadah tersendiri yang sangat dianjurkan. Bukankah Ramadhan merupakan Syahrul Qur’an ? pada bulan inilah Allah menurunkan wahyu Nya dari Lauhul Mahfud ke langit dunia. Peristiwa ini sering disebut Lailatul Qodar, malam yang penuh kemuliaan. Pada bulan ini pula malaikat Jibril ‘alahis salam biasa mengulang – ulang bacaan Al Quran kepada Rasulullah. Aktifitas ini juga disebut Muraja’ah, yakni mengecek bacaan Al Quran yang sudah diwahyukan.

Bagi kaum muslimin, orang – orang yang beriman, dan orang – orang yang berpuasa di bulan ini sangat dianjurkan memiliki wirid Al Quran yang lebih baik lagi dari bulan – bulan sebelumnya. Kenapa harus mengkhatamkan minimal satu kali sepanjang bulan ini ?

Karena memang itulah target yang diajarkan oleh Rasulullah, ketika Abdullah bin Umar bertanya kepada beliau, “Berapa lama sebaiknya seseorang mengkhatamkan Al Quran? Rasulullah menjawab, satu kali dalam satu bulan,” Abdullah bin Umar berkata, “Saya bisa lebih cepat dari satu kali khatam dalam satu bulan” Rasul berkata lagi, “Kalau begitu, bacalah dalam satu pekan” Tapi Abdullah bin Umar mengatakan bahwa dirinya masih mampu membaca seluruh Al Quran lebih cepat dari satu pecan. Kemudian Rasul mengatakan “Kalau begitu bacalah dalam tiga hari” Dalam Riwayat lain dikatakan. “Janganlah kalian mengakhatamkannya lebih cepat dari tiga hari”

Hal ini karena bisa mengurangi kualitas tilawahnya, kurang memahami sehingga tidak mampu menyentuh jiwa.

Jadi sangat jelas bahwa tilawah Quran harus menjadi agenda atau jadwal khusus bagi seorang muslim apalagi seorang juru dakwah. Misalnya Imam Malik Rahimahullah biasa mengkhatamkan Al Quran di bulan Ramadhan sebanyak 60 kali. Bagaimana bisa? Tentu hafalannya luar biasa,

Kata Usman bin Affan ra. “Apabila hati itu suci, maka ia tak akan pernah kenyang untuk membaca Al Quran”

3. Ketika berpuasa tak menghalangi seseorang dari penyimpangan mulut seperti membicarakan keburukan orang lain, mengeluarkan kata – kata kasar, membuka rahasia, mengadu domba, menebar fitnah, berdusta dan sebagainya.

4. Ketika puasa tak bisa menjadikan pelakunya berupaya memelihara mata dari melihat yang haram.

5. Ketika malam – malam Ramadhan menjadi tak ada bedanya dengan malam selainnya.

Di dalam shalat malam ini Rasulullah juga mengajarkan doa – doa yang insyaAllah diijabahi oleh Allah Azza wa Jalla. Diantara doa yang diperbanyak untuk membacanya dalam shalat terawih adalah “Allhumma inna nas-aluka ridhaaka wal jannah wa na’udzubika min sakhatika wan narYa Allah, kami mohon keridhaan-Mu dan Surga-Mu. Dan kami mohon perlindungan dari kemarahan-Mu dan dari nerake-Mu..Allahummaa innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu ‘anni…Ya Allah sesungguhnya Engkau maha Pengampun menyukai pemberian ampunan, maka maafkanlah aku…

6. Jika saat berbuka puasa menjadi saat melahap semua keinginan nafsunya yang tertahan sejak pagi hingga petang.

7. Ketika bulan Ramadhan tidak dioptimalkan untuk banyak mengeluarkan infaq dan shadaqah

8. Ketika hari – hari menjelang Idhul Fitri lebih sibuk dengan persiapan lahir dan tidak sibuk memasok perbekalan ruhani sebanyak – banyaknya pada 10 malam hari terakhir untuk memperbanyak ibadah.

9. Ketika Idhul fitri tiba dirayakan laksana hari merdeka, seperti orang yang keluar dari penjara dan kembali melakukan berbagai kemaksiatan dan penyimpangan.

10. Setelah Ramadhan nyaris tak ada ibadah yang ditindak lanjuti(follow up) pada bulan selanjutnya

Untuk mengantisipasi kegagalan tersebut sesungguhnya sejak awal harus ditanamkan bahwa amaliah Ramadhan satu bulan penuh itu mestinya menjadi pemasok, bahan bakar ruhani agar keimanannya tetap menyala dan menggelora dan semakin meningkat di sebelas bulan ke depan.

Namun orang akan gagal meraih energi dan keutamaan Ramadhan saat ia tidak lagi berupaya menghidupkan dan melestarikan amal – amal ibadah yang pernah dijalankan dalam satu bulan.

Semoga Ramadhan masih menjadi prioritas agenda untuk kita perhatikan.

0 comments:

Post a Comment

Terima Kasih Atas Komentarnya