-----DOWNLOAD-----
Menurut riwayat Ahmad dari Abu Hurairah ra., ia mengatakan bahwa Rasulullah SAW senantiasa menyongsong kedatangan bulan Ramadhan dengan berita gembira kepada para sahabatnya seraya bersabda,“Sungguh telah datang kepadamu bulan Ramadhan, bulan penuh keberkahan. Allah memfardhu-kan atas kamu puasanya. Di dalam bulan Ramadhan dibuka segala pintu surga dan dikunci segala pintu neraka dan dibelenggu seluruh syetan. Padanya ada suatu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Barangsiapa tidak diberikan kepadanya kebaikan malam itu, maka sesungguhnya dia telah dijauhkan dari kebaikan.”
Di sini Rasulullah menemukan momentum. Sebab itu bulan ini segala kebaikan disediakan Allah. Kesempatan berbuat baik di buka lebar – lebar, plus janji bonus pahala berlipat ganda. Di dalamnya ada sebuah malam yang nilai ibadahnya lebih baik daripada seribu bulan. Singkatnya, di sinilah Allah membentangkan suasana kondusif yang akan mengantarkan kita menjadi Insan kamil yang muttaqin.
MOMENTUM PAHALA
Sungguh tak seorang pun yang menyia-nyiakan kesempatan panen pahala pada bulan ini, kecuali mereka yang telah benar-benar meredupkan cahaya hidayah dan keimanan di dalam hatinya.
Itulah seseorang yang dalam dadanya tak ada lagi secuil cahaya Al-Qur’an yang bersemayam di dalamnya. Rasulullah mengibaratkan ia seperti rumah kosong yang roboh.
“Sesungguhnya seseorag yang di dalamnya, tak ada lagi secuil cahaya Al-Qur’an niscaya ia ibarat rumah kosong yang roboh”
(HR. Tirmidzi)
(HR. Tirmidzi)
Padahal Ramadhan adalah momentum pahala yang luar biasa. Tak ada satu bulan pun yang melebihi keutamaan bulan ini. Kerena di dalamnya ada momentum pahala yang berlipat ganda terbentang sepanjang detik, jam, hari, pecan hingga selama satu bulan. Dari Abu Hurairah ra. Berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda,
“Barangsiapa melakukan qiyam Ramadhan (terawih) dengan penuh keimanan dan mengharapkan pahala, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu”
(Muttafaqun ‘alaih)
(Muttafaqun ‘alaih)
Dalam riwayat yang lain juga kelanjutan hadist tersebut, Rasulullah SAW bersabda,
“Barangsiapa melakukan syiyam Ramadhan dengan penuh keimana dan mengharapkan pahala, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu”
(Muttafaqun ‘alaih)
(Muttafaqun ‘alaih)
Jadi syiyam dan qiyam, semuanya peluang untuk meraih momentum pahala yang berlipat ganda. Bahkan Allah memberikan ganjaran khusus.
Dalam hadist qudsi ditegaskan bahwa puasa itu ibadah yang “pahalanya khusus” dari Allah. “Ash-shoumu lii …wa Ana ajzi bihi… puasa itu untuk-Ku dan Akulah yang akan memberikan pahalanya”
MOMENTUM PENERAPAN SYARIAH
Kita tentu merindukan tegaknya syariah, karena syariah bagitu indah. Hidup begitu mulia dan suasana aman, tenteram, sentausa, dan sejahterah. Betapa kondusifnya bulan ini bagi pembinaan diri, keluarga dan masyarakat. Karena di bulan suci ini momentum kebersamaan dan kekompakan keluarga serta masyarakat dalam menegakkan syariah Islam yang diejawantahkan secara sempurna. Seperti sahur bersama, berbuka bersama, shalat terawih berjamaah, dan I’tikaf bersama.
Namun sayang, itu semua yang merupaka embrio bagi diterapkannya syariah dalam kehidupan masyarakat, kembali layu seiring berakhirnya Ramadhan. Sayang memang.
Padahal apabila kebersamaan itu dilakukan denagn benar dan niat ikhlas semata – mata karena Allah, niscaya akan memberikan pengaruh psikologis yang luar biasa kepada individu, keluarga, pergaulan dan masyarakat di sekitar kita. Kerena kebersamaan dan keberjama’ahan itu sangat besar pengaruhnya dalam menentukan kemampuan kita untuk beristiqomah. Kebersamaan akan meningkatkan keimanan di tengah pasang surutnya fluktuasi keimanan kita kepada Allah Azza wa Jalla.
Maka bila kita rindu syariah, rindu syurga, di sinilah pentinganya kita memulai penerapan syariah islam dalam sebuah masyarakat secara riil melalui amaliah Ramadhan. Syariah benar-benar akan menjadi pagar hidup bagi masyarakat, menghindarkan dari kehinaan hawa nafsu dan kenaifan syaitaniyah yang destruktif. Nyatanya, suasama nyaman bersyariah Islam itu telah begitu indah kita rasakan sepenuh bulan. Bulan yang penuh berkah untuk meraih sukses dunia dan akhirat. Maka, sekaranglah saatnya kita “Tegakkanlah daulah Qur’an di hati kita agar tertegak di bumi kita….” Demikian pesan seorang ulama.
MOMENTUM DO’A
Bukankan kita sudah sering berdoa? Apakah kita belum merasakan dikabulkannya do’a kita ?
Maka bulan ini, do’a menemukan momentumnya yang luar biasa. Ada banyak waktu – waktu mustajabah tersedia. Ada aneka doa aplikatif yang bisa direncanakan. Ada kesempatan – kesempatan emas yang terlalu saying untuk dilewatkan. Ada malam – malam penuh pengabulan doa yang terlalu indah untuk diabaikan. Ada saat berbuka untuk berbagi rasa dengan sesama sekaligus mempererat ukhuwah serta sarana untuk mengabulkan doa. Ada saat – saat menahan lapar dan haus agar jiwa tidak semakin rakus. Ada saat menahan gejolak nafsu gejolak seksual untuk mengangkat harkat dan martabat bahwa kita adalah manusia.
Bila kita mampu menggunakan momentum prima tersebut untuk berdoa, tentu hati tak kecewa, jiwa tak merana dan kegelisahan pun sirna. Mari rencanakan doa – doa kita, wahai saudara – saudara yang kucinta.
MOMENTUM CINTA
Ramadhan adalah bulan pilihan. Diciptakan oleh Allah untuk manusia karena Allah amat cinta kepada kita Mengapa ?
Kita adalah umat yang lemah. Pendek umurnya. Lemah fisiknya. Sedikit ketaatannya. Rasa malas lebih sering mendominasi jiwa. Kalau sendiri gampang berbuat dosa. Barulah kalau bersama – sama kita lebih bergairah. Atas dasar cinta Allah ciptakan manusia yang suka berkeluh kesah. Lalu Allah anugerahkan bulan penuh pahala berlipat ganda agar manusia menghayati dan mengamalkan banyak ibadah didalamnya.
Maka balaslah cinta Allah untuk memuaskan cinta kita. Seperti membaca Al-Qur’an. Itu adalah bentuk ekspresi cinta kepada “surat dan ayat” dari sang Kekasih yang telah Dia kirimkan. Mengapa tak kit abaca jua ? atau Qiyamullail. Itu adalah oase untuk menebus kerinduan dan mereguk kenikmatan hingga saatnya meraih syurga yang dijanjikan.
Di bulan suci ini cinta kita diuji. Apakah kita masih egois mementingkan diri ataukah terpanggil mendidik anak istri serta menyantuni fakir miskin yang sering mengitari ? Cinta kita diuji apakah harta – harta duniawi yang lebih kita sukai ataukah beribadah dan berinfaq di jalanNya meraih ridho Ilahi ?
Saudaraku, mari benar – benar memanfaatkan bulan ini dengan aneka momentumnya. Ramadhan adalah momentum langkah. Ia sekaligus sebagai bulan pendidikan, syahrut tarbiyah dan bulan penuh maghfirah.
Saudaraku, gunakan momentum ini. Siapa tahu barangkali ini momentum terakhir kita. Karena itu persiapkan diri, lakukan manajemen diri antisipasi terhadap hal – hal yang tak kita ingini.
Semoga Allah memberi kekuatan kita menggunakan momentum ini sepenuh hati.
0 comments:
Post a Comment
Terima Kasih Atas Komentarnya