Apa yang Anda pikirkan tentang hidup ini ? Filosofi apa yang Anda unggulkan untuk meraih sukses Anda ? Sebagian orang ada yang beranggapan ia ingin menjadi martir layaknya lilin.
Orang berfilosofi boleh – boleh saja, Relakah kita dikenal orang dengan sebutan “jarkoni”, ngajarno ning ora ngelakoni :-). Pintar bicara tapi tak bisa menjalankan. sekali lagi relakah kita ???
Lilin adalah filosofi Nasrani yang katanya dinisbakan pada Yesus Kristus, lalu dagingnya itu ibarat roti yang dimakan umatnya, dan darahnya diminum oleh umatnya. Wuih sadis banget ya, Tapi, biar saja itu keyakinan mereka.
Bagi umat Islam tentu lain dan punya filosofi tersendiri berdasarkan Al Quran dan Sunnah Rasulullah SAW. Islam melarang umatnya hanya jadi makelar pahala. Seperti orang yang mengajak dan menyuruh orang lain untuk naik kendaraan atau bis. Sementara dirinya ditinggalkan dan rela berkoar – koar demi mendapatkan recehan (tapi bukan niat saya untuk menghina pekerjaan tersebut tapi hanya mengambil pelajaran saja koq, OK). Dan memang kenyataannya ada yang kayak gitu kan J
Allah Azza wa Jalla telah memperingatkan dengan keras agar kita tidak menjadi orang – orang yang pintar menyuruh orang lain tapi melupakan diri sendiri, Allah berfirman.
Mengapa kamu menyuruh manusia untuk berbuat baik dan engkau lupakan dirimu sendiri, padahal membaca membaca Al kitab (Taurat)? Apakah kamu tidak berfikir?
(QS. Al Baqarah : 44)
Dan juga di Al Quran Surat As Shof ayat 2-3 Allah lagi – lagi menegur kita, terutama bagi aktivis dakwah, da’i, ustad dll
Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.
(QS. As-Shaff : 2-3)
Dua ayat di atas sudah sangat jelas, sering, dan akrab untuk menjadi warning bagi kaum muslimin agar tidak menjadi lilin yang menerangi sekelilingnya dan menghancurkan dirinya. Seorang muslim dianjurkan dan diajarkan untuk selalu melakukan perbaikan diri (ishlahun nafs) secara terus menerus, melakukan perbaikan dan sekaligus menjadi teladan di tengah umat. Sekali lagi, ia bukanlah lilin yang menerangi sementara dirinya terbakar habus. Rasulullah SAW juga memperingatkan dalal sabdanya,
“Perumpamaan orang yang mengajarkan kebaikan kepada manusia sedang ia melupakan dirinya sendiri seperti lilin (lentera) yang menerangi manusia tapi membakar dirinya sendiri.” (HR. Thabarani, hadist hasan. Menurut Nashiruddin Al Albaniy hadist ini shahih, STT, 1/128)
Logikanya, bagaimana kita bisa menyelamatkan orang lain, kalau kita tak bisa menyelamatkan diri terlebih dulu ? Bagaimana bila kita seperti lentera yang terus menyala, sementara tak pernah diisi minyak? Tentu akan semakin panas dan terbakar hingga ke akar-akarnya.
Jadi manusia yang baik adalah yang mampu menolong dirinya sendiri dengan tidak menzhalimi dirinya sendiri apalagi orang lain, seperti kata Nabi, “Seorang muslim adalah orang yang menyelamatkan muslim yang lainnya dari kejahatan lidahnya dan tangannya”
Adapun puncak kemulian mukmin itu apabila ia dapat menjadi pintu kebaikan bagi orang lain, bermanfaat bagi yang lain :
“Sebaik – baik kalian adalah orang paling bermanfaat bagi orang lain”
“Sebaik – baik kalian yang mempunyai umur yang panjang dan baik amalnya”
“Sebaik – baik kamu adalah yang mempelajari Al Quran dan mengajarkannya kepada orang lain”
Tak ada perubahan besar yang terjadi secara tiba-tiba. Seringkali, dimulai dari sesuatu yang sangat sederhana. Dimulai dari yang kecil. Diawali dari diri sendiri. Dilakukan mulai saat ini. Maka ubahlah dirimu, niscaya engkau telah mengambil bagian dalam mengubah dunia dan peradaban.
Think Gblobally act Locally (berfikir besar bertindak sesuai kapasitas) And Think Big start small (Berfikir besar, mulailah dari hal – hal kecil)
Referensi :
· Buku “Manajemen Ramadhan menuju Ramadhan terindah (Ustad Sholikhin Abu ‘Izzuddin,Bina Insani Press (Mitra Mencerdaskan Ummat),Solo,2005)”
· Kitab Nashiruddin Al AlBaniy (Semoga Allah Merahmati Beliau)
· dll
0 comments:
Post a Comment
Terima Kasih Atas Komentarnya