Festival Lupercilia adalah ritual para penyembah berhala Romawi kuno dengan cara mengumbar syahwat, yang kemudian dibuah oleh Paus Gelasius II menjadi hari Valentin yang dirayakan oleh Kristen, lalu dilarang oleh Kristen sendiri. Bagaimana seharusnya umat Islam menyikapi hari Valentin ?
A. SEJARAH VALENTIN DAY
Bulan Februari digunakan oleh Romawi sebagai bulan cinta(love) dan kesuburan. Dalam istilah Barat, Love(cinta) lebih menunjukkan hubungan seks. Sedangkan kasih sayang memiliki istilah sendiri, yakni affection. Oleh karena itu arti sebenarnya making love adalah hubungan kelamin, bukan menjalin kasih sayang.
Sejak dulu, bulan Februari selalu ditunggu – tunggu orang Romawi penyembah berhala untuk mencari pasangan baru secara resmi,walaupun setiap hari mereka juga gonta – ganti pasangan. Perayaan seks mencapai puncaknya pada pertengahan bulan dalam pesta yang disebut festival Lupercilia, dimana para wanita muda memasrahkan tubuhnya pada pemuda yang memilihnya dan harus melayani syahwat mereka tanpa syarat selama setahun penuh sampai datangnya bulan Februari lagi.
Berabad kemudian, kristen yang ingin menancapkan pengaruhnya di istana kerajaan Romawi, banyak mengadopsi simbul dan ajaran Paganisme (penyembahan berhala) Romawi ke dalam ajaran gereja, sehingga Festival Lupercalia pun dimasukkan sebagai salah satu hari peringatan (memorial day) bagi gereja. Mitos Santo Valentinus pun dibuat untuk meyakinkan semua kalangan. Gereja mengganti istilah Lupercalia festival dengan The Valentine’s Day.
Dengan penulisan sejarah yang curang dan konspiratif oleh intelektual Barat yang disebarkan dengan kekuatan pedang dan uang, agar masyarakat dunia meyakini bahwa Valentine’s Day merupakan hari yang sungguh penting, bersejarah dan harus dirayakan.
Agar penetrasi budaya penyembah berhala ini bisa diterima oleh banyak kalangan, terutama pada dunia Islam, maka istilah love yang di Barat sebenarnya bernuansa syahwat, dibelokkan pengertiannya menjadi kasih sayang. Maka jadilah Valentine’s Day yang sebenarnya merupakan hari Perayaan hubungan Seks mengalami pengaburan dan pembelokkan makna (enfimisme) menjadi Hari Kasih Sayang. Padahal siapa pun orang dewasa akan mengetahui esensi(hakekat) perayaan tersebut yang banyak diakhiri dengan ritual making love (hubungan kelamin)dengan pasanga yang tidak sah(Zina).
(a) Festival Lupercalia
Festival ini merupakan perayaan yang berlangsung pada tanggal 13 hingga 18 Februari, dimana pada tanggal 15 mencapai puncaknya. Dua hari pertama (13-14) dipersembahkan kepada Dewi Cinta (Queen of Feverish Love) bernama Juno Februata.
Pada tanggal 13 pagi hari, pendeta tertinggi Pagan(penyembah berhala) Roma menghimpun para pemuda dan pemudi untuk mendatangi kuil pemujaan, mereka dipisah dalam dua barisan dan sama –sama menghadap altar utama. Semua nama perempuan muda ditulis dalam lembaran – lembaran kecil, setiap satu lembar tertulis satu nama. Lembaran tersebut dimasukkan ke kendi besar.
Setelah itu, pendeta mempersilahkan para pemuda satu per satu mengambil satu nama gadis yang berada dalam kendi tersebut secara acak hingga wadah itu kosong. Gadis pemilik nama yang terambil, harus menjadi kekasih pemuda yang mengambil namanya dan berkewajiban melayani segala sesuatu yang diinginkan oleh pemuda tersebut. Selama setahun hingga tiba festival Lupercalia di tahun depan.
Tanpa ikatan pernikahan, mereka bebas berbuat apa saja. Dan malam pertama hari itu, malam menjelang 14 Februari hingga malam menjelang tanggal 15, diseluruh kota, para pasangan baru itu merayakan apa yang kini terlanjur disebut sebagai Hari Kasih Sayang. Suatu istilah yang benar – benar keliru dan lebih tepat disebut dengan Making Love Day atau Malam Kemaksiatan.
Pada tanggal 15 Februari, setelah sehari penuh para pasangan itu mengumbar syahwatnya, mereka secara berpasangan kembali mendatangi kuil pemujaan untuk berdoa kepada Dewa Lupercalia agar dilindungi dari gangguan Serigala dan roh jahat. Dalam upacara itu, pendeta Pagan Roma membawa dua ekor kambing dan seekor anjing yang disembelih diatas altar untuk persembahan kepada Dewa Lupercalia, yang diikuti dengan ritual meminum anggur.
Setelah itu para pemuda mengambil selembar kulit kambing persembahan dan berlari di jalan – jalan kota diikuti oleh para gadis. Jalan – jalan kota Roma meriah oleh teriakan dan tawa – canda para muda – mudi. Para perempuan berlomba – lomba mendapatkan sentuhan kulit terbanyak dan yang pria berlomba – lomba menyentuh gadis sebanyak – banyaknya.
Perempuan Romawi kuno di zaman itu sangat percaya bahwa kulit kulit untuk persembahan kepada Dewa Lupercalia itu memiliki daya magis yang luar biasa. Yang membuat mereka bertambah subur, tambah muda, dan cantik. Semakin banyak mereka menyentuh kulit kambing tersebut, mereka yakin akan bertambah cantik dan subur.
(b) Mitos Santo Valentinus
Valentine’s Day berasal dari kisah dusta tentang seorang Santo(orang suci dalam pandangan katolik) yang rela menyerahkan nyawanya demi cinta pada orang lain, yaitu Santo Valentinus. Namun pihak gereja sendiri hingga kini tidak menemukan kata sepakat siapa sesungguhnya Santo ini. Oleh karena itu, Gereja sebenarnya telah mengeluarkan surat larangan bagi pengikutnya agar tidak ikut – ikutan merayakan ritual yang tidak berdasar ini.
B. MISI KRISTEN
Disamping dunia bisnis memanfaatkan moment Valentine’s Day untuk meraup keuntungan besar, Kristen menjadikannya sebagai cara efektif untuk mengkristenkan generasi islam melalui teori strategi marketing(pemasaran)
Dalam pemasaran ada tiga faktor yang memiliki nilai jual: Instututional selling value, Product selling value, dan personal selling value
C. MENYIKAPI VALENTINE’S DAY
1) Allah mengingatkan kita agar tidak terpesona rayuan dan tipu daya iblis yang senantiasa menampakkan begitu indahnya perbuatan – perbuatan nista manusia, padahal perbuatan itu sebenarnya amat menjijikkan :
“Iblis berkata: "Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan ma'siat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya,kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis di antara mereka".
(QS. Al Hijr ayat 39 - 40)
2) Allah melarang kita mendekati zina, apalagi melakukan perzinahan
“Dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk.” (QS Al Isra ayat 32)
3) Allah melarang kita mudah terpengaruh oleh perilaku kebanyakan orang, tanpa mengetahui dasar mereka untuk melakukan perbuatan tersebut.
“Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah)” (QS Al An’am ayat 116)
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.”
(QS Al Isra ayat 36)
4) Rasulullah SAW memperingatkan kita agar tidak terseret pada budaya Yahudi dan Nasrani, maupun budaya penyembahan berhala lainnya.
“Abu Said ra. Menyampaikan bahwa Nabi SAW bersabda: “ Sungguh kamu akan mengikuti perilaku orang – orang sebelum kamu sejengkal demi sejengkal, sehasta – demi sehasta. Hingga meskipun mereka masuk lubang biawak, kamu pun mengikutinya.” Kami (Abu Said dkk) bertanya: Ya Rasulullah! Apakah kami akan mengikuti orang – orang Yahudi dan Nasrani? Nabi Menjawab : Mengikuti (Siapa lagi)” (HR Bukhari )