Sup Kaldu, Sayur Lodeh; Apapun Namanya Deh !
Ketika pacaran, mereka sudah merasai semua bumbu yang seharusnya digunakan untuk menyedapkan kehidupan rumahtangga. Saling mencurahkan perasaan, berbagi, meredakan gelisah, memberi perhatian,…. semua dudah. Pandangan kasih nan sayu, sentuhan mesra, kerapatan fisik, sandaran, singgungan dan tekanan kulit yang ternikmati, semuanya sudah. Pergi berdua, bertualang bersama, bertamasya mesra, semuanya juga sudah.
Sungguh, jiwa begitu mudah bosan. Takkan ada yang istimewa dan menjadi kenangan selama hidup di pernikahan malam pertama. Kalau semuanya sudah dilakukan, kini mau apa ? Takkan ada lagi salah tingkah yang begitu mengasyikkan lagi mengundang kesyukuran seperti dikisahkan Ustadz Pak Cah dalam pengantar buku Dua Lelaki Pilihan karya Nurul F. Huda . Coba baca deh…..
Kalau anda menikah dan pernah pacaran, anda akan membandingkan pacaran dengan pernikahan. Dan pasti pacaran lebih indah, karena pacaran memang hanya mencari rasa yang indah. Lalu, jadilah kenangan pacaran sebagai penyesalan dalam hidup rumah tangga. Atau, kalau anda membandingkan istri anda dengan pacar anda, pasti pacar anda dahulu lebih sempurna. Ya, karena selama pacaran, hanya sifat baiknya saja yang ditunjukkan pada anda.
Peringatan sudah disampaikan. Bisa jadi, ada pintu – pintu kesenangan yang dibukakan dalam pacaran. Tetapi tunggulah saat dimana anda terdiam berputus asa. Saat segala kecewa dituai karena pernikahan tak berbumbukan kenikmatan. Saat anda kecewa bahwa istri dan suami tak seindah harapan. Saat itulah anda menyesal. Saat itulah anda sadar, akan salah satu pelajaran dari ayat ini :
“Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberika kepada mereka, Kamipun membuka pintu – pintu kesenangan bagi mereka. Sehingga apabila, mereka telah bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong – konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa ”
(QS. Al-An’am ayat 44)
0 comments:
Post a Comment
Terima Kasih Atas Komentarnya