This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Tuesday, 8 December 2009

MANA YANG SALAFY ???



Salafi bukan Firqoh, melainkan manhaj bagi siapapun yang mengikuti Rasulullah SAW, sahabat, tabi’in, tabi’ut – tabi’in (salafus shalih) tapi ketika Salafi menjadi identitas suatu kelompok, mereka menebar fitnah, menyerang sesama Muslim seputar fiqih. Dakwah dan ukhuwah pun terganggu.

Perpecahan di kalangan mereka berkenaan dengan latar belakang pendidikan, siapa gurunya, kitab apa yang dibaca, dan dasar pemahaman agama yang mereka miliki. Ini semua memunculkan beberapa kelompok seperti, Salafi Haraki, Salafi Yamani, Salafi Sururi dan lainnya.

Kendati Salafi bukan aliran sesat. Ketua MUI Pusat KH. Ma’ruf Amien menasehati aktivis Salafi, agar merubah cara dakwahnya menjadi lebih baik, dan memperbaiki sifat ananiyah madzhabiyah yang menganggap diri-kelompoknya paling benar dan mencela golongan lain yang menurutnya salah. “Padahal, jika masih dalam wilayah ikhtilaf, tidak boleh asal menyalahkan. Berbeda dengan Ahmadiyah yang sudah jelas-jelas menyimpang, karena sudah menyangkut prinsip(Aqidah).”


Lebih lanjut, KH.Ma’ruf Amien mengatakan, penyerangan warga terhadap jama’ah Salafi, terjadi akibat sifat egoisme kelompok ini yang suka menyalahkan golongan lain yang berbeda pandangan. “Kelompok ini tidak mau toleransi dengan pemahaman yang berbeda dengan mazhab mereka, sehingga menyulut kemarahan warga.”

Anehnya, ketika (ulama) Salafi dikritik gerakan Islam lain kerena hujjahnya, mereka tidak rela, bahkan menyerang balik habis-habisan para pengkritiknya. Seabreg kecaman pun tertuju kepada Salafi, ketika kelompok ini anti bicara politik, tidak peka terhadap penderitaan kaum Muslimin, fanatik kepada para syaikhnya, keras menghukumi saudaranya sendiri. Sementara pemurtadan dibiarkan merajalela.

Salafi acapkali mencela ulama seperti Muhammad Abduh, Jamaluddin Al-Afghani, Muhammad Rasyid Ridha, Hasan Al – Banna, Taqiyuddin An-Nabhani, Sayyid Qutub, Ahmad Yasin, ‘Aidh al Qarni, Yusuf al – Qaradhawi dan sebagainya. Sementara gerakan Islam yang diserang Salafi diantaranya : Ikhwanul Muslimin, Hizbut Tahrir,FIS Al-Jazaer, tak terkecuali Persis, Muhammadiyah, NU, Majelis Mujahidin, DDII dan sebagainya.

Yang lebih menyakitkan adalah. Disaat warga Gaza dibantai Zionis Israel, ulama Salafi asal Saudi, Syaikh Shalih Al Luhaidan melarang umat berdemo. Bahkan menyebut pendemo itu sebagai khawarij. “Demontrasi yang terjadi di jalanan Arab untuk membela warga Gaza termasuk membuat fasad fi Al Ardhi alias kerusakan di muka bumi” kata Syaikh Shalih.

Sebelumnya, Syaikh Muhammad Nashiruddin al Albani(ulama Salafi) mengeluarkan fatwa agas kaum Muslimin meninggalkan bumi Palestina. Fatwa ini menuai kontroversi di tengah kaum Muslimin.

Jadi jelas manakah salafy yang orisinil dengan salafy bajakan...kesimpulan nya terserah pembaca. 


Monday, 7 December 2009

HIJRAH MENYIBAK KARUNIA-NYA

(Majalah Al Falah edisi Desember,Ruang Utama hal 6)

Saat berbicara hijrah(perpindahan), orang kebanyakan akan langsung berpikir sejarah pindahnya dakwah Rasulullah saw. dari kota Makkah ke Madinah. Lalu, bila kekinian, model hijrah model apa yang harus kita lakukan?

Menjadi pemuda dengan bekal ijazah diploma membuat Budi(nama samaran) 23 bingung menentukan pilihan. Sehari – hari ia hanya berkutat dengan pekerjaan rumah membantu orang tuanya sambil sekali – dua kali mengurusi sebuah organisasi yang sejak lama diikutinya. Hari bertambah hari, minggu hingga bulan. Kondisi itu tidak merubah kehidupan Budi.

Sementara ia melihat banyak teman – teman sekelasnya yang meninggalkan kampung halamannya lebih dulu sukses. Mandiri dengan kerja sendiri dan sukses bisa kuliah biaya sendiri. itu yang ingin ditiru oleh Budi. Satu hal lagi yang ia lihat, mereka sukses karena ada kemauan dan kerja keras.

Padahal kalau melihat potensi yang dimiliki, Budi pun merasa kemampuannya tak jauh beda dengan teman – temannya itu. Sementara kondisi sekarang, dia hanya berpangku tangan dari orang tuanya yang hanya pensiunan. “Dari segi kemandirian dan keilmuan rasa-rasanya juga tak baik. Ini tak bisa diteruskan,” pikir Budi.

Melihat kenyataan itu, ia mencoba berpikir panjang apa yang harus dilakukan. Dengan bekal kemantapan hati dan kemauan, Budi memutuskan ‘pergi’ dari rumah untuk memperbaiki kondisinya. “Ada kemauan pasti ada jalan”, gumamnya dalam hati. Budi pun berangkat ke perantauan dengan modal tekad dan semangat. Keinginannya hanya dua hal, bisa mandiri dan kuliah dengan biaya sendiri. Sehingga nantinya bisa menjadi modal untuk menopang masa depannya kelak.

Lalu, apa yang dimaksud dengan hijrah bila dalam konteks kekinian? Wakil Ketua Tanfidziyah Pengurus Wilayah Nadhatul Ulama Jawa Timur KH. Muhammad Thohir, dengan tegas mengatakan, melihat kondisi masyarakat saat ini menjadi wajib untuk berjrah. Dokter kejiwaan lulusan Universitas Airlangga itu menjelaskan adanya wajib karena saat ini banyak umat islam yang hijrah meninggalkan Al Quran.

“Yang terjadi sekarang, umat Islam banyak yang hijrah meninggalkan Al Quran. Makanya, saatnya umat Islam kembali hijrah menuju Al Quran lagi” tuturnya.

Menurutnya, karena hijrah yang kaliru itu dampaknya berakibat pada pola pikir yang menyimpang dalam melaksanakan syariat islam. Ketua Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia periode 1995-2000 itu salah satunya mencontohkan banyaknya kebiasaan buruk orang ketika ziarah kubur dengan tujuan mencari berkah dari kuburan.

“Yang paling parah adalah tragedi batunya Ponari beberapa waktu lalu itu,” tukasnya. Thohir menyesalkan kenapa batu yang tidak punya kekuatan apa-apa diyakini punya khasiat. Itu menandakan kebodohan dan dangkalnya pemahaman umat islam terhadap agamanya.

Hijrah yang Bernilai Ibadah
Melihat kondisi masyarakat yang seperti itulah yang menurutnya wajib segera berhijrah. Baginya, hijrah yang dituntut sekarang lebih banyak ke paradigma atau pola pikir. Namun demikian, kalau memang hijrah tempat diperlukan karena semata-mata ingin memenuhi kewajiban dan beribadah kepada Allah swt. maka hal itu juga baik. “Misalnya, pergi jadi TKI atau bekerja untuk memenuhi tangggung jawab nafkah keluarga, itu harus dilakukan,” cetusnya. Baginya, mencari rezeki bisa dilakukan di mana saja, karena rahmat dan karunia Allah seluas langit dan bumi.

Saat ini banyak perbuatan yang bisa diketegorikan hijrah, seperti berubah dari suka marah menjadi penyabar, dendam-pemaaf, syirik – tauhid, atau lainnya.

Dlam Al Quran pun banyak perintah hijrah. Penulis ayat – ayat Tauhid itu pun mengutip ayat 20 surat At Taubah yang isinya berkenaan dengan pengangkatan derajat bagi orang – orang berhijrah dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwanya. “Kalau memang kita mengaku muslim, sudah seharusnya menjalankan perintah tanpa ragu,” ujarnya tegas.

Sementara itu, Prof. Dr.M. Quraish Shihab, penulis tafsir Al Misbah mengatakan ada empat poin yang berkaitan dengan hijrah. Pertama, kata “Hijrah” digunakan untuk mengistilahkan perpindahan suatu kaum/individu dari satu hal yang sifatnya buruk kepada hal lain yang sifatnya baik. Pengertian ini berlaku kepada kegiatan pindah tempat maupun pindah kelakuan.

Kedua, Al Quran telah berjanji untuk memberikan kelapangan bagi siapapun yang berhijrah. Namun, kelapangan yang akan diberikan Allah hanya berlaku bagi orang yang secara bersungguh-sungguh melaksanakan hijrah. Ketiga, sebelum hijrahnya Nabi saw. Nabi-Nabi sebelum Nabi Muhammad pun melaksanakan hijrah. Misalnya, hijrahnya Nabi Musa as. beserta kaumnya dari Mesir ke Palestina.

Dan terakhir, poin yang cukup penting dalam berhijrah adalah usaha maksimal yang dilakukan. Ketika kita sudah bertekad untuk berhijrah, maka sepantasnyalah kita berusaha dengan sungguh – sungguh dalam menjalankan hijrah itu.

Tuesday, 1 December 2009

SOSOK REMAJA PELAHAP ILMU

“Wahai anak muda, maukah kau mendengar beberapa kalimat yang sangat berguna?” tanya Rosulullah saw. Suatu ketika pada seorang pemuda. “Jagalah(ajaran-ajaran)Allah, niscaya kamu akan mendapatkan-Nya selalu menjagamu. Jagalah (larangan-larangan) Allah maka kamu akan mendapatkan-Nya selalu dekat di hadapanmu”

Pemuda kecil itu termangu di depan Rosulullah saw. Ia memusatkan konsentrasi pada setiap patah kata yang keluar dari bibir manusia yang paling mulia itu. “Kenalilah Allah dalam sukamu, maka Allah akan mengenalimu dalam duka. Bila kamu meminta, mintalah kepada-Nya. Jika kamu butuh pertolongan, memohonlah kepada-Nya semua hal telah selesai ditulis”

Pemuda yang beruntung itu adalah Abdullah bin Abbas ra atau biasa dipanggil Ibnu Abbas. Dalam sehari itu ia menerima banyak Ilmu dari Nabi saw. Bak pepatah sekali dayung tiga-empat pulau terlampaui. Pelajaran aqidah,ilmu,dan amal sekaligus ia terima dalam sekali pertemuan.

Setia Melayani
Suatu ketika, di benak Ibnu Abbas dipenuhi rasa ingin tahi yang besar tentang bagaimana cara Rosulullah saw. shalat. Malam itu ia sengaja menginap di rumah bibinya, Maimunah binti Al Harits, salah satu istri Rosulullah saw.

Sepanjang malam ia berjaga sampai terdengar olehnya Rasulullah bangun untuk menunaikan shalat. Segera ia mengambil air untuk wudhu Rasulullah. Di tengah malam buta itu,betapa terkejutnya Rasulullah saw. menemukan putra pamannya itu masih terjaga dan menyediakan air wudhu untuknya.

Rasa bangga dan kagum menyatu dalam dada Rasulullah saw. beliau menghampirinya, dan dengan lembut dielusnya kepala bocah beliau berkata “Ya Allah, berikan dia keahlian dalam agama-Mu dan ajarilah ia tafsir kitab-Mu”(Dalam 101 sahabat Nabi)

Setelah berwudhu, Rasulullah saw. kembali ke rumah untuk menunaikan shalat malam bersama istrinya. Ibnu Abbas pun ikut menjadi makmumnya. Awalnya is berdiri sedikit di belakang Rasulullah saw. kemudian tangan Rasulullah saq menariknya untuk maju dan hampir sejajar dengan beliau. Tapi kemudian ia mundur lagi.

Usai shalat, Rasulullah saw. bertanya kenapa mundur,”Wahai kekasih Allah dan manusia,tak pantas kiranya akan berdiri sejajar dengan utusan Allah” jawabna. Ternyata Rasulullah saw. tidak marah. Beliau justru tersenyum ramah. Bahkan beliau mengulangi doanya.

Abdullah bin Abbas lahir 3 tahun sebelum Rasulullah saw. hijrah. Saat Rasulullah wafat, ia masih berusia belasan tahun. Semasa hidupnya, Rasulullah saw. benar – benar akrab dengan mereka hampir seusia dengan Abdullah bin Abbas. Ada Ali bin Abi Thalib, Usamah bin Zaid,dll.

Kerap kali Rasulullah saw. meluangkan waktu untuk bercanda bersama mereka. Tapi tak jarang pula Rasululllah menasehati mereka. Saat Rasulullah saw. wafat, Abdullah bin Abbas benar – benar merasa kehilangan.

Meski Rasulullah saw. telah berpulang, sengamat jihad dan belajar tak berkurang. Maka Ibnu Abbas pun mulai melakukan perburuan ilmu. Didatanginya sahabat-sahabat senior dan bertanya tentang apa saja yang mesti ditimbanya.

Tidak hanya itu, ia juga mengajak sahabat-sahabat lain yang seusianya untuk belajar pula. Tapi sayang, tak banyak yang mengikuti ajakannya, meski demikian, hal ini tak membuat Ibnu Abbas patah semangat. Apa saja yang menurutnya belum dipenuhi, ia tanyakan pada sahabat-sahabat yang lebih tahu.

Ia ketuk satu pintu berpindah ke pintu yang lain, dari pintu rumah sahabat-sahabat Rasulullah saw. tak jarang ia harus tidur di depan pintu para sahabat. Karena mereka sedang istirahat di dalam rumahnya. Tapi betapa terkejutnya mereka tatkala menemui Ibnu Abbas sedang tidur di depan pintu rumahnya.

“Wahai keponakan Rasulullah kenapa tidak kami saja yang menemui Anda,” kata para sahabat ketika melihat Ibnu Abbas tertidur di depan rumahnya beralaskan selembar baju yang ia bawa.

“Tidak, akulah yang semestinya menemui Anda” kata Ibnu Abbas tegas. Demikianlah kehidupan Ibnu Abbas, sampai kelak is benar-benar menhadi seorang pemuda dengan ilmu dan pengetahuan yang tinggi.

Pemuda Tua
Karena tingginya ilmu dan tak berimbang dengan usianya, ada orang yang bertanya tentangnya. “Bagaimana Anda mendapatkan ilmu ini, wahai Ibnu Abbas?”

“Dengan lidah yang gemar bertanya dan dengan akal yang suka berpikir”

Karena ketinggian ilmunya itulah ia kerap menjadi kawan dan lawan diskusi para sahabat senior lainnya. Umar bin Khattab misalnya, selalu memanggil Ibnu Abbas untuk duduk bermusyawarah. Pendapat- pendapatnya selalu didengar karena keilmuannya. Sampai – sampai khalifah kedua itu menjulukinya pemuda tua.

Salah seorang sahabat utama, Sa’ad bin Abi Waqqash pernah berkata tentang Ibnu Abbas. “Tak seorang pun yang kutemui lebih cepat mengerti dan lebih tajam berpikirnya seperti Ibnu Abbas. Ia juga seorang yang banyak menyerap Ilmu dan luas sifat santunnya. Sungguh telah kulihat, Umar telah memanggilnya saat menghadapi masalah – masalah pelik. Padahal di sekelilingnya masih banyak sahabat yang ikut dalam perang Badar. Lalu majulah Ibnu Abbas menyampaikan pendapatnya dan Umar menurutinya ”

Uswah Majalah Al Falah Edisi Desember (hal 12)