Monday 29 December 2008

Memaknai Tahun Baru Hijriyah
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Hasyr: 18). Ini adalah ayat yang sering dibaca oleh para khatib, dengan maksud untuk mengajak orang-orang melakukan evaluasi diri (muhasabah), agar menjadi lebih baik pada masa yang akan datang.
Memang, sebagai muslim sudah seharusnya kita senantiasa melakukan evaluasi diri, yang bisa kita lakukan setiap saat, harian, pekanan, bulanan, tahunan dan seterusnya. Umar bin Al Khatthab radhiyallahu ’anhu berkata, ”Hisablah dirimu sebelum kamu dihisab dan timbanglah amalmu sebelum kamu ditimbang nanti dan bersiap-siaplah untuk hari menghadap yang paling besar (hari menghadap Allah).” “Pada hari itu kamu dihadapkan (kepada Tuhanmu), tiada sesuatupun dari keadaanmu yang tersembunyi (bagi Allah).” (QS Al-Haaqqah : 18)
Memasuki tahun baru 1429 hijriyah, hendaknya kita mengevaluasi apa saja yang telah kita lakukan setahun yang lalu. Kesalahan-kesalahan apa sajakah yang telah kita lakukan dan tidak boleh kita ulangi lagi tahun ini? Prestasi-prestasi apakah yang telah kita raih dan harus kita pertahankan bahkan kita tingkatkan tahun ini? Evaluasi semacam ini penting untuk kita lakukan agar kita tidak melewati tahun demi tahun secara datar-datar saja, tanpa ada prestasi-prestasi baru yang bisa kita ukir.
Ambillah Pelajaran
Kita semua melihat dengan mata kepala kita sendiri betapa banyak bencana yang menimpa bangsa kita di penghujung tahun 1428 hijriyah. Bahkan sebagian dari bencana-bencana itu terus berlanjut hingga hari ini. Sebagai orang yang beriman, hendaknya kita mengambil pelajaran (ibrah) dari datangnya semua bencana tersebut. Kita harus sadar bahwa tidaklah satupun dari bencana-bencana itu terjadi kecuali akibat ulah tangan-tangan kita sendiri. Bencana-bencana yang menimpa kita bisa jadi merupakan adzab dari Allah yang layak kita terima, akibat kesalahan-kesalahan yang kita lakukan. Kesalahan-kesalahan itu bisa jadi dalam bentuk tindakan-tindakan kita yang melanggar sunnatullah al-kauniyah, seperti kesalahan dalam mengelola dan memperlakukan lingkungan. Bisa jadi juga dalam bentuk tindakan-tindakan kita yang melanggar syariat Allah, seperti meninggalkan kewajiban-kewajiban agama dan melakukan berbagai bentuk kemaksiatan. “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah membuat mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS. Ar Rum : 41).
Jika semua bencana ini adzab, kita juga harus sadar bahwa semua ini sebetulnya hanya sebagian kecil saja dari yang semestinya kita terima, hanya saja rahmat Allah masih jauh lebih luas daripada siksa-Nya. “Dan kalau sekiranya Allah hendak menyiksa manusia sesuai dengan perbuatan jahatnya, niscaya Dia tidak akan menyisakan di atas permukaan bumi satupun mahluk melata, akan tetapi Allah menangguhkan (penyiksaan) mereka, sampai waktu yang tertentu; maka apabila datang ketentuan ajal mereka, maka sesungguhnya Allah Maha melihat (keadaan) hamba-hamba-Nya.” (QS. Faathir : 45).
Bisa jadi pula, bencana-bencana yang menimpa kita merupakan peringatan dari Allah agar kita sadar dan kembali kepada-Nya. Untuk itu, marilah kesempatan waktu yang masih diberikan oleh Allah betul-betul kita manfaatkan untuk bertaubat dan memperbaiki diri. Jangan sampai kita menunggu sampai Allah mencabut masa penangguhan yang Dia diberikan atau sampai Dia memberikan peringatan yang lebih keras lagi! Na’udzu billahi min dzalik.
Tegakkan Amar Makruf Nahi Munkar
Kita mungkin bertanya-tanya, bagaimana mungkin di negeri yang populasi muslimnya terbesar di dunia ini berbagai bentuk kemaksiatan bisa merajalela. Sebetulnya, salah satu jawabannya adalah lemahnya semangat dan usaha dakwah serta amar makruf nahi munkar di tengah masyarakat. Padahal umat ini adalah umat dakwah, dimana usaha dakwah seharusnya ditunaikan oleh setiap individu muslim sesuai dengan kemampuan masing-masing. Oleh karenanya mari kita tingkatkan aktivitas dakwah yang berorientasi pada pembinaan generasi umat dan pencegahan serta pemberantasan kemunkaran di muka bumi. Allah swt berfirman, “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS. Ali Imran: 104). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Barang siapa diantara kamu melihat suatu kemunkaran, maka hendaklah ia mengubahnya dengan tangannya, jika tidak mampu maka dengan lisannya, jika tidak mampu pula, maka dengan hatinya, dan itu adalah selemah-lemahnya iman.” (HR. Muslim)
Tunjukkan Jati Diri
Sebagai muslim, setiap kita hendaknya bangga dengan keislaman kita. Hal ini bisa kita wujudkan dengan cara menunjukkan jati diri keislaman kita. Salah satu diantaranya adalah dengan lebih mengutamakan penggunaan kalender hijriyah sebagai salah satu identitas umat pengikut Rasulullah Muhammad shallallahu ’alaihi wasallam. Apalagi saat ini, kalender hijriyah seolah-olah sudah tidak begitu diperhatikan oleh kebanyakan umat Islam. Buktinya, tidak banyak orang Islam yang hafal dengan baik nama-nama dan urutan bulan dalam kalender hijriyah. Ini tentu saja ironi yang tidak selayaknya terjadi.
“Katakanlah: ‘Hai ahli kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai Tuhan selain Allah.’ Jika mereka berpaling, maka katakanlah kepada mereka : ‘Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang Islam (yang berserah diri kepada Allah)”. (QS. Ali Imran : 64)
“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata  : ‘Sesungguhnya aku termasuk orang-orang Islam (yang berserah diri)?” (QS. Fushshilat : 33)
Penggal terakhir dari kedua ayat diatas menegaskan bahwa kita harus menunjukkan keislaman kita, dan tidak sebaliknya merasa minder dan menutup-nutupi keislaman kita. Menggunakan kalender hijriyah adalah salah satu bukti bahwa kita bangga dengan keislaman kita.
Hijrahkan Diri
Tahun baru hijriyah mengingatkan kita pada peristiwa hijrah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Ketika itu beliau melakukan hijrah dari Mekkah ke Madinah untuk mendapatkan lingkungan yang lebih baik bagi tumbuh berkembangnya agama Islam. Oleh karena itu, memasuki tahun baru hijriyah ini marilah kita berhijrah. Tentu saja hijrah yang kita lakukan saat ini tidak bisa sama dengan yang telah dilakukan oleh Nabi. Yang bisa kita lakukan saat ini adalah menghijrahkan diri dengan sebenar-benarnya dari segala bentuk keburukan menuju kebaikan, dari kemaksiatan menuju ketaatan, dari kebid’ahan menuju kesunnahan, dari kejahiliyahan menuju totalitas Islam dan dari kegelapan memperturutkan hawa nafsu menuju cahaya terang keikhlasan dalam menggapai ridha Allah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Orang muslim adalah orang yang tidak mengganggu orang muslim lain baik dengan lidah maupun tangannya, dan orang yang hijrah itu adalah orang yang hijrah meninggalkan hal-hal yang dilarang oleh Allah.” (HR. Bukhari dan Muslim). Wallahu a’lam bish-shawab.
www.ikadijatim.org

0 comments:

Post a Comment

Terima Kasih Atas Komentarnya