Thursday 7 May 2009

Alangkah beruntungnya Dia, Tiada Hari Tanpa Perbaikan Diri

Indahnya Menahan, Saat “Berbuka” Penuh Kejutan!

Agar Medan Pikat Kita Tak Terlalu Berbahaya….

Qurbul wisad wa thulus siwad, dekatnya fisik dan panjangnya interaksi adalah faktor terkuat dalam memperbesar saling ketertarikan antara kita. Betapapun, pepatah Jawa itu ada benarnya. Witing tresna jalaran saka kulina.

Alangkah beruntungnya Dia!!!

Bayangkan sejenak….Ketika kita sedang bermaksiat dan melanggar larangan – larangan

Allah, maka bisa terjadi di saat itu pula calon istri atau calon suami kita sedang melakukan hal yang sama di sudut dunia yang lain.

Tidak! Saya bukan ingin memindahkan rasa takut kira kapada Allah kepada ketakutan untuk tidak mendapat jodoh yang baik. Bukan, bukan itu maksud saya. Saya hanya ingin anda tahu bahwa Allah telah menggariskan bahwa mencari jodoh yang baik adalah menjaga dan mendidik diri menjadi yang terbaik.

“Wanita – wanita yang kotor adalah untuk lelaki yang kotor dan lelaki yang kotor untuk perempuan yang kotor. Dan wanita yang baik adalah untuk lelaki yang baik dan laki – laki yang baik untuk wanita yang baik…”(QS.An-Nur ayat 26)

Mari kita simak satu kisah lagi. Kali ini tentang seorang pemuda, Idris namanya. Ia memulai langkah pengisian usia remajanya dengan tepat dan menantang : mencari ilmu dan berpetualang. Saya pikir, apa yang ia jalani menghasilkan banyak pengalaman seru. Mungkin anda bisa mencontoh?

Sampai suatu ketika dalam perjalanan petualangannya yang panjang, sebuah sungai membentang di hadapannya. Ya, ia harus menyebrang meski dengan perut lapar. Pucuk dicinta ada delima. Delima yang terbawa arus itu mendekat terus mendekat, semakin mendekat, dan hap, kena! Tanpa pikir panjang basmalah terucap dan gigitan pertama tertancap.

Perlahan kunyahan pertama bergeser ke kerongkongan. Dan saat itu terasa tercekat, ia tersadar, halalkah delima itu? Apa itu sudah meminta ijin kepada pemiliknya sehingga delima itu dihalalkan baginya? Bukan soal kecil atau besar, selamanya ia berprinsip takkan pernah sudi tubuhnya kemasukan barang syubhat apalagi haram. Api neraka lebih pantas untuk daging yang tumbuh dari barang haram, bukankah begitu sabda RasulNya?

Ia harus bertemu pemiliknya, pemilik pohon delima itu. Melawan arus, ia susuri sungai kearah hulu. Kuyup,berpeluh, terseok, dan sesekali jatuh. Singkatnnya, setelah tanya sana – sini, ia temukan pohon delima di tepi sungai sekaligus rumah pemiliknya.

“Ya, satu kunyahan delima itu halal, asal kamu mau berkerja merewat kebun delimaku selama sekian tahun…” kata si pemilik pohon yang bertampang ulama. Hanya segigit tebusannya berat amat? Tapi tidak bagi Idris. Itu jauh lebih ringan baginya daripada harus menanggung siksaan Allah. Ia sanggup.

Waktu berlalu, hari berganti, Idris menyelesaikan kewajibannya dengan sempurna. Ia pun berpamitan. “Aku ridha kau pergi, tapi sebelumnya, kau harus menikahi putriku yang cacat. Dia buta, tuli, bisu, dan lumpuh….Mau?”

Bencana apa ini? Tapi Idris bertawakkal kepada Allah. Allah tak pernah menyia-nyiakan orang yang berbuat baik. Dan benar, saat ditemui si calon istri begitu cantik sempurna. Siapa yang tak terkejut? Ah, anda pasti menebak apa makna kiasan dari buta, tuli, dan lumpuh!

Seratus! Artinya, calon ibunya anak – anak ini tak pernah melihat, mendengar, mengatakan, dan menuju sesuatu yang haram lagi tercela. Bukankah Allah telah berjanji, dan Ia takkan pernah mengingkari : laki – laki yang baik untuk perempuan yang baik dan sebaliknya.

Coba tebak, siapa yang lahir dari pernikahan barakah ini! Dialah seorang anak yang hafal Al-Qur’an di usia 9 tahun, menghafal Al Muawaththa’ karya Imam Malik lengkap dengan sanadnya dalam 9 malam. Menghasilkan 1000 kesimpulan hukum lengkap disertai dalil dari renungan sebuah hadist pendek dalam semalam, menjadi orang pertama yang merumuskan kaidah Ushul Fiqih dan menjadi pelempar tombak yang dari 10 lemparan tak satupun meleset. Dialah Imam Asy Syafi’i, Muhammad bin Idris Asy Syafi’i. seorang Mujaddid di abadnya, “Adalah Syafi’i mentari bagi siang dan obat bagi sakit, maka siapa yang tak membutuhkan keduanya?”

Alangkah beruntungnya dia, pemuda bernama Idris itu.

“….Dan wanita yang baik adalah untuk lelaki yang baik dan laki – laki yang baik untuk wanita yang baik…”(QS. An Nur ayat 26)

0 comments:

Post a Comment

Terima Kasih Atas Komentarnya