Thursday 7 May 2009

Indahnya Menahan, Menunggu Buka penuh Kejutan…

Indahnya Menahan, Menunggu Buka penuh Kejutan…

Menanti pernikahan dengan proses yang suci tentu memerlukan kiat tersendiri. Allah dan RasulNya menuntunkan beberapa hal yang pasti akan menjadi isian terbaik bagi hari – hari puasa kita. Tidak semua, tetapi ada lima yang akan kita bahas yaitu : dzikirullah, puasa, sabar, dan shalat, tarbiyah, serta aktivitas dak’wah

Satu : Dzikrullah, Allah dekat saja

Hakikat dzikir, adalah mengingat Allah di setiap tempat, kondisi, dan waktu.

“Orang – orang yang mengingat Allah dalam keadaan berdiri, duduk, dan berbaring. Dan mereka mentafakkuri penciptaan langit dan bumi. (Mereka mengatakan) Wahai Rabb kami, tidaklah Engkau cipatakan semua ini dengan sia – sia, Maha Suci Engkau, maka jauhkanlah kami dari azab neraka”(QS. Ali Imran ayat 191)

Ada beberapa dzikir ma’tsur yang dituntunkan Rasulullah SAW untuk dilakukan ketika pagi dan sore, menjelang tidur, atau dilakukan saat – saat khusus. Beberapa ulama sudah membahas tentang dzikir sesuai sunnah. Al Adzkar, karya Imam An Nawawi, Al Ma’surat karya Ustadz Hasan Al Banna, dan risalah – risalah tentang dzikir dari Syaikh Bin Baz dan Syaikh Al Ustaimin sudah banyak tersesia dan bisa kita baca. Maka selamat berdzikir pilihlah yang sesuai sunnah, agar kita jadi tenang, tentram dan sakinah.

“yaitu Orang – orang yang beriman dan hati mereka tentram dengan mengingat Allah, Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tentram” (QS. Ar Raad ayat 28)

Ayyuhal Ihwan ! ketentraman itu memang indah. Tetapi sebagai pengimbangnya, ketakutan juga harus ditumbuhkan semuanya tetap dalam kerangka dzikir. Tentu hanya kepada dan karena Allah semata. Ketakutan adalah energi jiwa, untuk membentengi diri dari perbuatan yang mengundang murka Ilahi. Rasa takut akan kengerian yang lebih besar, kengerian neraka, kengerian zaqqum, kengerian makan nanah dan darah, malaikat yang kasar dan bengis. Panas, perih, ngilu, kehausan abadi, minuman yang membakar, dan kulit yang selalu diganti untuk dirasai siksa….

Dua: Maka Atasnyalah Puasa…

“Wahai sekalian pemuda….barangsiapa diantara kalian bersanggupan ba’ah maka hendaklah is menikah. Karena sesungguhnya ia dapat memejamkan mata dan menjaga kemaluan. Dan barangsiapa belum mampu, maka atasnyalah puasa, maka sesunggunya puasa itu benteng baginya. (HR Al Bukhari dan Muslim )

Ba’ah, dalam arti asalnya adalah tersedianya tempat tinggal. Jadi syarat anjuran untuk menikah di sini dikaitkan dengan kemampuan seseorang untuk menyediakan tempat tinggal bagi kehidupan rumah tangganya nanti. Oh, bukan berarti harus sudah memiliki rumah sendiri, apalagi jika harus megah. Tidak, tidak ada larangan menjadi kontraktor(pengontrak maksudnya) bahkan fatimah binti Rosulullah dan Ali di awal pernikahannya menempati sebuah rumah sangat sederhana yang statusnya hutang.

Memaknai puasa tak hanya sebagai lapar dan dahaga, ini yang sulit. Ada lidah, mata, tangan, dan kaki, yang juga tetap harus kita puasakan. Banyak prang berpuasa tanpa beroleh apa jua selain lapar dan dahaga. Tetapi adalah hina, jika enggan berpuasa karena takut tak mendapat apa – apa. Subhanallah, sungguh melegakan bahwa secara fisik lahiriah saja, logika puasa sebagai benteng ini sudah bersambung dengan sabda beliau SAW yang lain :

“Sesungguhnya syaithan itu berjalan didalam diri anak Adam melalaui peredaran darah. Maka persempitlah jalannya dengan lapar dan dahaga.(HR. Al Bukhari )

Tiga : Menggapai Pertolongan Dengan Sabar dan Shalat

Ketika nafsu begitu haus, ketika syahwat begitu menggebu, tetap ada kesucian yang harus dipertahankan mati-matian. Betapa berat perjuangan, ia hanya menghargai para pemilik kesabaran. Ia gandengkan ruhnya yang berjuang mempertahankan kesucian, ia sambungkan jiwanya yang coba menegakkan sifat malu, dengan kesertaan Allah. Sungguh sebuah nikmat yang tak bisa diukur dengan neraca dunia.

“Wahai orang yang beriman, mohonlah pertolongan Allah dengan sabar dan shalat. Sesungguhnya Allah berseta orang – orang yang sabar.” (QS. Al-Baqarah 153 )

Empat : Nggak Ngaji Nggak Trendi !

Mungkin anda adalah peserta atau juga bahkan pengisi, ataupun sekedar orang yang pernah melihat dan menemui fenomena seperti ini di zaman ini :

“ ……Ketika beliau keluar tiba – tiba beliau dapati para sahabat duduk dalam halaqah(Lingkaran) beliau bertanya, “ Apakah yang mendorong kalian duduk seperti ini?. Mereka menjawab, “ Kami duduk berdzikir dan memuji Allah atas Hidayah yang Allah berikan sehingga kami memeluk islam.”

Maka Rasulullah bertanya, Demi Allah, kalian tidak duduk melainkan untuk itu? Mereka menjawab, “Demi Allah, kami tidak duduk kecuali untuk itu. Maka beliau bersabda, sesungguhnya saya bertanya bukan ragu – ragu, tetapi Jibril dating kepadaku memberitahukan bahwa Allah membanggakan kalian di depan para malaikat.”

(Potongan HR. Muslim, dari Abu Sa’id dari Mu’awiyah)

Lima: Melelahkan diri dengan Aktivitas Dakwah

2 comments:

  1. “Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri , supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantara kamu rasa kasih sayang .Sesungguhnya pada yang demikian itu benar- benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir (Ar Rum ayat 21)"

    Masih adakah pernikahan yang indah di jaman yang penuh kerusakan ini? Ketika keduniawian menjadi alat ukur kebahagiaan. Ketika perceraian, perselingkuhan dan perzinahan bukan lagi hal langka yang susah ditemukan. Ketika seorang suami tak lagi tentram berada di sisi istrinya, ketika kasih sayang hanya terukur lewat harta. Lantas apakah fungsi pernikahan yang menjadi sunnah Nabi Muhammad saw? Masih bisakah meredam segala kemaksiatan yang banyak terjadi? Jika memang ada pernikahan yang dibangun dengan nafas islam, mungkin itu adalah 1 diantara 1000.

    Pernikahan!! Memang benar-benar hidup baru bagi para lajang. Mempertaruhkan kebahagiaan dan kesedihan dalam talian pernikahan. Tapi, salahkah jika berpikir menjadi Rabiah al Adawiah, hanya untuk menjaga hati dengan ketenangan dan berharap cinta sejati dari yang Maha Cinta?

    ReplyDelete
  2. InsyaAllah masih ada,kalau walimah tersebut di awali dengan maksiat maka selanjutnya juga keharmonisan akan jauh dari cita-2 nikah itu sendiri.
    karena yang di tampilkan hanya kebaikan2 saja saat pacaran setelah menikah kejelekannya terpampang semua Naudzubillah min dzalik

    beda dengan yang di awali dengan mencontoh sunnah Beliau,para Sahabat, para Tabi'in, tabi'ut tabi'in

    http://mujibridwan.blogspot.com/2009/05/alangkah-beruntungnya-dia-tiada-hari.html

    ReplyDelete

Terima Kasih Atas Komentarnya