Adanya kelompok semacam ikhwan, HT, salafi dan lainnya hanya sekedar sebuah ijtihad. 100 tahun yang lalu semuanya tidak pernah ada. Bagaimana mau ada, lha wong para pendirinya saja belum lahir?
Jadi kelompok-kelompok itu sebelumnya tidak pernah ada, dan sangat mungkin suatu hari nanti semuanya akan musnah hilang dari lembar sejarah.
Apalagi umat ini setiap saat berganti generasi, setiap dekade punya pahlawannya sendiri-sendiri. Selama sejarah panjang 1400 tahun, kita sudah memiliki ribuan pergerakan, bahkan kita pernah punya ratusan daulah Islamiyah.
Yang besar-besar saja, yaitu khilafah Islamiyah, kita pernah punya sampai empat kali. Khilafah Rasyidah selama 30-an tahun. Lalu khilafah Bani Umayyah di Damaskus selama kurang lebih 90-an tahun. Lalu khilafah Bani Abbasiyah di Baghdad, yang berkuasa ratusan tahun lamanya. Hingga terakhir kita punya khilafah Turki Ustamni yang mengakhiri kejayaannya di tahun 1924 kemarin.
Ikhwan, salafi, HT dan sejenisnya sebenarnya mewakili pergerakan umat Islam di abad 20, yaitu setelah bubarnya khilafah terakhir. Berbagai harakah ini sebenarnya boleh dibilang semacam alternatif dari kekosongan khilafah dan kemunduran umat. Apalagi saat itu adalah masa kolonilisme dan imperialisme barat atas umat Islam.
Ada banyak prestasi yang sudah diraih selama abad 20, ada banyak peta yang berubah, dan ada begitu banyak kemunduran yang pernah ditelan.
Nah, bukan tidak mungkin di abad 21 ini, peta pergerakan berubah lagi. Boleh jadi nama-nama pergerakan di abad 20 akan hilang dan musnah. Kemudian berganti dengan pergerakan lainnya lagi. Atau bisa saja tetap ada dan masih berjaya terus. Dan bisa jadi pula khilafah Islamiyah yang pernah hilang selama 100-an tahun itu muncul lagi. Kita tidak pernah tahu. Karena semua itu rahasia Allah SWT.
Kalau anda tertarik untuk banyak menelaah masalah seperti ini, kami sarankan anda membaca sebuah karya menarik. Dalam kitabnya, Al-Muslimun baina Qarnain, (umat Islam di dua abad terakhir), Dr. Yusuf Al-Qaradawi banyak bercerita tentang hal ini. Selain segudang prestasi, umat Islam juga mengalami berbagai macam kemunduran.
Benturan Ikhwan, Salafi dan HT
Secara aqidah, ketiga kelompok ini sama-sama ahlussunnah wal jamaah. Bahkan para petingginya saling berhubungan erat. Kalau ada perbedaan, sebenarnya masalah teknis bekerja di lapangan.
Kalau HT lebih senang memulai dari membangun khilafah, ikhwan lebih suka mulai dari pembinaan pribadi hingga akhirnya baru khilafah. Sedangkan Salafi mungkin lebih sering bicara masalah pemurnian aqidah dan memberantas bid'ah.
Tetapi ketiganya sama-sama memakai Al-Quran yang sama, hadits yang sama, dan bernabi kepada nabi yang sama. Nyaris tidak ada perbedaan mendasar dari ketiganya.
Kalau ada kesan satu sama lain saling berbeda, sebenarnya hanya fenomena di level akar rumput. Boleh jadi masing-masing pendukung 'kesebelasan' terlibat baku hina, baku caci dan baku ejek. Memang perlu disayangkan, sebab seharusnya sikap-sikap tidak dewasa seperti itu tidak perlu terjadi. Selain haram hukumnya, yang malu kita-kita juga kalau ditertawakan oleh barisan orang kafir.
Tetapi apa mau dikata, begitulah barangkali ciri-ciri suporter sebuah kesebelasan. Bisanya hanya saling mencaci dan menabuh genderang. Kalau disuruh main bola yang sesungguhnya, belum tentu bisa.
Logika sederhananya, kalau mau akur dan rukun, ada dua jalur yang perlu dipikirkan.
Pertama, jalur kesadaran dari masing-masing elit kelompok. Para petinggi masing-masing kelompok perlu sering-sering bertemu dan duduk bersama. Semua pihak harus sadar bahwa di level akar rumput memang sudah terjadi hal-hal yang kurang baik. Adalah merupakan tanggung-jawab masing-masing elit kelompok itu untuk meredam, menahan diri dan menertibkan pada pengikutnya.
Kedua, barangkali kesadaran dari elitnya belum muncul, kita bisa berharap dari akar rumput masing-masing. Penyadaran untuk saling akur dan rukun tidak selamanya harus top down, bisa saja bersifat bottom-up. Dari bawah ke atas.
Untuk itu memang perlu sosialisasi tentang kesadaran kerukunan dan berukhuwah, mengurangi perbedaan pandangan yang mengarah kepada perpecahan, bahkan perlu kajian dan analisa tentang dampak negatif dari munculnya keributan antara kelompok.
Kita mungkin belum mampu untuk mengatakan kepada masing-masing kelompok untuk masing-masing membubarkan diri lalu bersatu dalam satu wadah bersama. Tetapi setidaknya kita bisa berharap bahwa masing-masing tetap berjalan beriringan, saling bela, saling hormat, saling sayang, saling melengkapi dan saling bersikap husnudzdzan.
Mungkin tidak ada salahnya, masing-masing kelompok diajak untuk membahas dan merenungi ayat-ayat berikut ini:
(QS. AlHujurat: 8)
(QS. AlHujurat: 9)
(QS. AlHujurat: 11)
Wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Ahmad Sarwat, Lc
Download Disini.......