This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Monday, 29 December 2008

Memaknai Tahun Baru Hijriyah
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Hasyr: 18). Ini adalah ayat yang sering dibaca oleh para khatib, dengan maksud untuk mengajak orang-orang melakukan evaluasi diri (muhasabah), agar menjadi lebih baik pada masa yang akan datang.
Memang, sebagai muslim sudah seharusnya kita senantiasa melakukan evaluasi diri, yang bisa kita lakukan setiap saat, harian, pekanan, bulanan, tahunan dan seterusnya. Umar bin Al Khatthab radhiyallahu ’anhu berkata, ”Hisablah dirimu sebelum kamu dihisab dan timbanglah amalmu sebelum kamu ditimbang nanti dan bersiap-siaplah untuk hari menghadap yang paling besar (hari menghadap Allah).” “Pada hari itu kamu dihadapkan (kepada Tuhanmu), tiada sesuatupun dari keadaanmu yang tersembunyi (bagi Allah).” (QS Al-Haaqqah : 18)
Memasuki tahun baru 1429 hijriyah, hendaknya kita mengevaluasi apa saja yang telah kita lakukan setahun yang lalu. Kesalahan-kesalahan apa sajakah yang telah kita lakukan dan tidak boleh kita ulangi lagi tahun ini? Prestasi-prestasi apakah yang telah kita raih dan harus kita pertahankan bahkan kita tingkatkan tahun ini? Evaluasi semacam ini penting untuk kita lakukan agar kita tidak melewati tahun demi tahun secara datar-datar saja, tanpa ada prestasi-prestasi baru yang bisa kita ukir.
Ambillah Pelajaran
Kita semua melihat dengan mata kepala kita sendiri betapa banyak bencana yang menimpa bangsa kita di penghujung tahun 1428 hijriyah. Bahkan sebagian dari bencana-bencana itu terus berlanjut hingga hari ini. Sebagai orang yang beriman, hendaknya kita mengambil pelajaran (ibrah) dari datangnya semua bencana tersebut. Kita harus sadar bahwa tidaklah satupun dari bencana-bencana itu terjadi kecuali akibat ulah tangan-tangan kita sendiri. Bencana-bencana yang menimpa kita bisa jadi merupakan adzab dari Allah yang layak kita terima, akibat kesalahan-kesalahan yang kita lakukan. Kesalahan-kesalahan itu bisa jadi dalam bentuk tindakan-tindakan kita yang melanggar sunnatullah al-kauniyah, seperti kesalahan dalam mengelola dan memperlakukan lingkungan. Bisa jadi juga dalam bentuk tindakan-tindakan kita yang melanggar syariat Allah, seperti meninggalkan kewajiban-kewajiban agama dan melakukan berbagai bentuk kemaksiatan. “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah membuat mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS. Ar Rum : 41).
Jika semua bencana ini adzab, kita juga harus sadar bahwa semua ini sebetulnya hanya sebagian kecil saja dari yang semestinya kita terima, hanya saja rahmat Allah masih jauh lebih luas daripada siksa-Nya. “Dan kalau sekiranya Allah hendak menyiksa manusia sesuai dengan perbuatan jahatnya, niscaya Dia tidak akan menyisakan di atas permukaan bumi satupun mahluk melata, akan tetapi Allah menangguhkan (penyiksaan) mereka, sampai waktu yang tertentu; maka apabila datang ketentuan ajal mereka, maka sesungguhnya Allah Maha melihat (keadaan) hamba-hamba-Nya.” (QS. Faathir : 45).
Bisa jadi pula, bencana-bencana yang menimpa kita merupakan peringatan dari Allah agar kita sadar dan kembali kepada-Nya. Untuk itu, marilah kesempatan waktu yang masih diberikan oleh Allah betul-betul kita manfaatkan untuk bertaubat dan memperbaiki diri. Jangan sampai kita menunggu sampai Allah mencabut masa penangguhan yang Dia diberikan atau sampai Dia memberikan peringatan yang lebih keras lagi! Na’udzu billahi min dzalik.
Tegakkan Amar Makruf Nahi Munkar
Kita mungkin bertanya-tanya, bagaimana mungkin di negeri yang populasi muslimnya terbesar di dunia ini berbagai bentuk kemaksiatan bisa merajalela. Sebetulnya, salah satu jawabannya adalah lemahnya semangat dan usaha dakwah serta amar makruf nahi munkar di tengah masyarakat. Padahal umat ini adalah umat dakwah, dimana usaha dakwah seharusnya ditunaikan oleh setiap individu muslim sesuai dengan kemampuan masing-masing. Oleh karenanya mari kita tingkatkan aktivitas dakwah yang berorientasi pada pembinaan generasi umat dan pencegahan serta pemberantasan kemunkaran di muka bumi. Allah swt berfirman, “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS. Ali Imran: 104). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Barang siapa diantara kamu melihat suatu kemunkaran, maka hendaklah ia mengubahnya dengan tangannya, jika tidak mampu maka dengan lisannya, jika tidak mampu pula, maka dengan hatinya, dan itu adalah selemah-lemahnya iman.” (HR. Muslim)
Tunjukkan Jati Diri
Sebagai muslim, setiap kita hendaknya bangga dengan keislaman kita. Hal ini bisa kita wujudkan dengan cara menunjukkan jati diri keislaman kita. Salah satu diantaranya adalah dengan lebih mengutamakan penggunaan kalender hijriyah sebagai salah satu identitas umat pengikut Rasulullah Muhammad shallallahu ’alaihi wasallam. Apalagi saat ini, kalender hijriyah seolah-olah sudah tidak begitu diperhatikan oleh kebanyakan umat Islam. Buktinya, tidak banyak orang Islam yang hafal dengan baik nama-nama dan urutan bulan dalam kalender hijriyah. Ini tentu saja ironi yang tidak selayaknya terjadi.
“Katakanlah: ‘Hai ahli kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai Tuhan selain Allah.’ Jika mereka berpaling, maka katakanlah kepada mereka : ‘Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang Islam (yang berserah diri kepada Allah)”. (QS. Ali Imran : 64)
“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata  : ‘Sesungguhnya aku termasuk orang-orang Islam (yang berserah diri)?” (QS. Fushshilat : 33)
Penggal terakhir dari kedua ayat diatas menegaskan bahwa kita harus menunjukkan keislaman kita, dan tidak sebaliknya merasa minder dan menutup-nutupi keislaman kita. Menggunakan kalender hijriyah adalah salah satu bukti bahwa kita bangga dengan keislaman kita.
Hijrahkan Diri
Tahun baru hijriyah mengingatkan kita pada peristiwa hijrah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Ketika itu beliau melakukan hijrah dari Mekkah ke Madinah untuk mendapatkan lingkungan yang lebih baik bagi tumbuh berkembangnya agama Islam. Oleh karena itu, memasuki tahun baru hijriyah ini marilah kita berhijrah. Tentu saja hijrah yang kita lakukan saat ini tidak bisa sama dengan yang telah dilakukan oleh Nabi. Yang bisa kita lakukan saat ini adalah menghijrahkan diri dengan sebenar-benarnya dari segala bentuk keburukan menuju kebaikan, dari kemaksiatan menuju ketaatan, dari kebid’ahan menuju kesunnahan, dari kejahiliyahan menuju totalitas Islam dan dari kegelapan memperturutkan hawa nafsu menuju cahaya terang keikhlasan dalam menggapai ridha Allah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Orang muslim adalah orang yang tidak mengganggu orang muslim lain baik dengan lidah maupun tangannya, dan orang yang hijrah itu adalah orang yang hijrah meninggalkan hal-hal yang dilarang oleh Allah.” (HR. Bukhari dan Muslim). Wallahu a’lam bish-shawab.
www.ikadijatim.org

Tuesday, 23 December 2008

KEPUTUSAN PERAYAAN NATAL BERSAMA
KOMISI FATWA DEWAN MEJELIS ULAMA INDONESIA :

Memperhatikan bahwa Ajaran – ajaran agama islam, antara lain :
1. Bahwa ummat islam diperbolehkan untuk bekerja sama dan bergaul dengan ummat agama – agama lain dalam masalah – masalah yang berhubungan dengan masalah keduniaan.
2. Bahwa ummat islam tidak boleh mencampuradukkan aqidah dan peribadatan agamanya dengan aqidah dan peribadataab agama lain
3. Bahwa ummat islam harus mengakui kenabian dan kerasulan Isa Al Masih bin Maryam sebagaimana pengakuan mereka kepada para Nabi dan Rosul yang lain
4. Bahwa barangsiapa berkeyakinan bahwa Tuhan itu lebih daripada satu, Tuhan itu mempunyai anak Isa Al Masih itu anaknya, maka orang itu kafir dan musyrik
5. Bahwa Allah pada hari kiamat nanti akan menanyakan Isa, apakah dia waktu di dunia menyuruh kaumnya, agar mereka mengakui Isa dan Ibunya (Maryam) sebagai Tuhan. Isa menjawab “Tidak”
6. Islam mengajarkan bahwa Allah SWT itu hanya satu.
7. Islam mengajarkan kepada ummatnya untuk menjauhkan diri dari hal – hal yang syubhat dan dari larangan Allah SWT serta untuk mendahulukan menolak kerusakan daripada menarik kemaslahatan

Maka Majelis Ulama Indonesia memutuskan :
MEMFATWAKAN :
1. Perayaan Natal di Indonesia meskipun tujuannya merayakan dan menghormati Nabi Isa AS. Akan tetapi Natal itu tidak dapat dipisahkan dari soal – soal yang diterangkan di atas
2. Mengikuti upacara Natal bersama bagi ummat islam hukumnya HARAM
3. Agar ummat islam tidak terjerumus kepada syubhat dan larangan Allah SWT dianjurkan untuk tidak mengikuti kagiatan – kegiatan Natal

Jakarta, 1 Jumadil Awal 1401 H/ 7 Maret 1981 M

Wednesday, 3 December 2008

IDHUL ADHA

Oleh : M. FARID ANWAR

Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah[*].Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu Dialah yang terputus[**]. (QS. Al – Kautsar : 1 - 3)
[*] Yang dimaksud berkorban di sini ialah menyembelih hewan Qurban dan mensyukuri nikmat Allah.
[**] Maksudnya terputus di sini ialah terputus dari rahmat Allah.

Idul Adha atau Hari raya Qurban, merupakan ulangan peristiwa berasal dari ketulusan dan pengerbonan dua hamba Allah Sang Utusan. Ismail dan Nabi Ibrahim ‘alaihissalam.
“Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang Kemudian” (QS. Ash – Shaaffat : 108)

MUARA SEJARAH
Nabi Ibrahim as sebagai seorang Nabi sangat membutuhkan seorang penerus. Oleh karena itu, beliau selalu memohon agar dikaruniai seorang anak putra yang sholeh. Dalam berdo’a beliau tidak sekedar meminta seorang putra, namun dilengkapi pula dengan presikat sholeh. Do’a ini perlu dan bisa diamalkan dalam keseharian agar kelak orangtua tidak mengalami kesulitan dalam mengasuh dan membesarkan. Lebih – lebih kelak agar bermanfaat bagi kehidupan.
“Ya Tuhanku, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang Termasuk orang-orang yang saleh.” (QS. Ash – Shaaffat : 100)

UJIAN DATANG
Dalam menapaki hidup tidak mesti selalu mulus dan menyenangkan, termasuk Nabi Ibrahim as. Setelah do’anya dikabulkan dan terlahir seorang putra nan rupawan (Ismail) dengan penampilan akhlaq yang menawan. Selalu taat dan patuh pada orangtua dan tekun ibadahnya dalam keseharian.
“Maka Kami beri Dia khabar gembira dengan seorang anak yang Amat sabar[*].”
[*] Yang dimaksud ialah Nabi Ismail a.s. (QS. Ash – Shaaffat : 101)
Ketika Ismail tumbuh dewasa, ujianpun tiba. Nabi Ibrahim as diperintah untuk menyembelihnya lewat wahyu berupa mimpi yang diterimanya.
“ Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku Sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku Termasuk orang-orang yang sabar". “(QS. Ash – Shaaffat : 102)
Dengan tabah keduanya melaksanakan perintah kerena datangnya jelas dari perintah Allah Ta’ala. Walau mungkin agak berar dirasa, namun itulah bukti iman dan taqwa. Lebih mengutamakan kesabaran dan ketaatan semata kepada Sang Kholik penciptaNya.
“Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya ). dan Kami panggillah dia: "Hai Ibrahim” (QS. Ash – Shaaffat : 103-104)

BERKAT TAAT DAN SABAR UJIANPUN TERLEWATKAN
Berkat keikhlasan dan kesabaran, ujian nan berat terlewatkan. Ternyata perintah penyembelihan yang diperintahkan, hanya merupakan test ketaatan dalam menepis kecintaan terhadap hal – hal yang menjadikan hati terlampau cinta terhadap kebendaan.
“Sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu[*] Sesungguhnya Demikianlah Kami memberi Balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar[**].” (QS. Ash – Shaaffat : 105-107)
[*] Yang dimaksud dengan membenarkan mimpi ialah mempercayai bahwa mimpi itu benar dari Allah s.w.t. dan wajib melaksana- kannya.
[**] Sesudah nyata kesabaran dan ketaatan Ibrahim dan Ismail a.s. Maka Allah melarang menyembelih Ismail dan untuk meneruskan korban, Allah menggantinya dengan seekor sembelihan (kambing). Peristiwa ini menjadi dasar disyariatkannya Qurban yang dilakukan pada hari raya haji.

PERINTAH PENYEMBELIAHAN DIBAKUKAN
Dari ketauladanan Nabi Ibrahim, perintah penyembelihan dilanjutkan untuk umat kemudian. Qurban merupakan tanda kecintaan kepada Allah. Apapun yang menjadi kecintaan, bila perintah Allah dating, maka harus diutamakan. Walau nafsu terasa berat untuk melaksanakan. Nafsu kebendaan perlu ditekan dan dikendalikan agar jiwa menjadi sehat dan tanggap pada lingkungan.
“Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang Kemudian, (yaitu)"Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim".”
(QS. Ash – Shaaffat : 108-109)
Pada ayat pembuka jelas Allah mengingatkan, betapa banyak kenikmatan dicurahkan oleh Allah Yang Maha Rohman, tiada terbilang dan sulit diperhitungkan. Maka perintah sholat dan berqurbanpun difirmankan seiring sejalan. Ini artinya bila sholat sudah ditunaikan, ia harus sanggup dan mengiringinya dengan melepaskan kekikiran / kebatilan yang merupakan penyakit jiwa yang dikendalikan setan. Penyakit yang sangat merugikan bagi kehidupan insane, sehingga jiwanya terasa sempit dan tertekan karena larut dalam kekikiran.

ANCAMAN BAGI YANG TIDAK BERQURBAN
Begitu sinisnya Nabi SAW terhadap orang yang mampu namun tak melaksanakan Qurban. Sehingga beliau mengecam dan melarang untuk mendekati musholla. Ini pertanda beliau SAW dangat tidak suka kepada orang berjiwa bahil alias terlampau cinta pada harta.
Dari Abu Hurairah ra katanya : Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa mampu berqurban, tetapi tidak mau berqurban, maka janganlah mendekati mushollaku”.
(HR. Ahmad dan Ibnu Majah, dishahihkan oleh Al-Hakim)

QURBAN DISYARIATKAN TIAP TAHUN
Ada yang salah pengertian dikira qurban hanya diperintahkan satu kali seumur hidup. Ini pemahaman yang perlu diluruskan. Qurban disyariatkan tiap tahun bagi yang mampu, karena ia merupakan rangkaian peribadatan Idul Adha.
Rasulullah SAW bersabda :
“Barangsiapa yang menyembelih sebelum sholat, maka sesungguhnya ia menyembelih untuk dirinya. Dan siapa yang menyembelih setelah sholat dan dua khutbah, sungguh ibadahnya ia telah sempurnakan dan ia mendapat sunnah kaum muslimin”
(HR. Bukhori dan Muslim)

SEEKOR KAMBING UNTUK SEKELUARGA
“Pada Zaman Rasulullah orang berqurban dengan seekor domba untuknya dan untuk keluarga seisi rumahnya. Mereka memakan dan mereka berikan kepada orang lain sampai manusia merasa senang (lega), sehingga mereka menjadi seperti yang kau lihat.”
(HR. Ibnu Majah dan Tirmidzi)
Jadi Qurban secara urunan yang dilaksanakan pada murid disekolahan pada hakekatnya bukan qurban sebenarnya. Namun ini baik dalam rangkah mendidik anak – anak agar kelak ingat dan dapat melaksanakan Qurban.


SATU EKOR SAPI UNTUK 7 ORANG
Diriwayatkan oleh Jabir, berkata :
“Kami menyembelih Qurban bersama dengan Nabi di Hudaibiah, seekor untuk tujuh orang, begitu juga sapi” (HR. Muslim Abu daud dan At Trimidzi)

HEWAN QURBAN HARUS SEHAT TAK TERCELA
Qurban harus dilaksanakan secara sempurna, termasuk dalam memilih ternak Qurban.
Dari Barra’ bin Azib ra berkata, Rasulullah SAW berdiri diantara kami dan bersabda, “Empat jenis (binatang) yang tidak boleh dijadikan Qurban :
1. Yang buta sebelah matanya 2. Yang positif sakit 3. Yang positif pincang 4. Yang sudah tua dan sudah tiada bersumsum “
(HR. Ahmad dan Imam yang empat serta dishahihkan oleh At Tirmidzi dan Ibnu Hibban)

ALLAH TIDAK BUTUH DAGING QURBAN NAMUN KETAQWAAN
Tuntunan agama islam berbeda dengan agama lain, Hasil Qurban tidak dipersembahkan kepada Tuhan, namun untuk dibagikan kepada yang membutuhkan. Disini kelebihan dari ajaran islam, bukti ketaqwaanlah yang jadi acuan.

“Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi Ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al – Hajj : 37 )

PUASA ARAFAH 9 DZULHIJJAH
Dalam rangkaian hari raya Qurban, ada tuntunan yang mengirinya yakni puasa arafah yang dilaksanakan pada tanggal 9 Dzulhijjah. Walaupun sunnah hukumnya mari menunaikannya, karena besar keutamaannya.

Dari Abi Qatadah, ia memberitakan bahwa Rasulullah SAW ditanya tentang puasa hari arafah, meka beliau menjawab itu melebur dosa –dosa yang telah lalu dan yang akan datang. (HR. Muslim )

WAKTU PENYEMBELIAN
Pada umumnya banyak yang menyangka, bahwa waktu penyembelian hanya 10 Dzulhijjah, seusai sholat idul adha saja, Padahal masih ada waktu lagi yakni pada hari tasyrik : 11,12,13 Dzulhijjah. Semoga kita dikaruniai rizki oleh Allah agar dapat melaksanakan Qurban tiap tahun Amin
BERLOMBA – LOMBA UNTUK KEBAIKAN (AKHIRAT)

“Sesungguhnya orang yang berbakti itu benar-benar berada dalam kenikmatan yang besar (syurga),Mereka (duduk) di atas dipan-dipan sambil memandang.Kamu dapat mengetahui dari wajah mereka.kesenangan mereka yang penuh kenikmatan.Mereka diberi minum dari khamar murni yang dilak (tempatnya),laknya adalah kesturi; dan untuk yang demikian itu hendaknya orang berlomba-lomba.” (QS. Muthaffifin : 22 - 26)

Merupakan kecenderungan manusia bahwa ia ingin unggul atas orang lain dan berada pada posisi yang lebih tinggi atau lebih baik dalam kehidupannya. Jika kecenderungan ini tidak diarahkan, maka manusia cenderung melampiaskannya dalam urusan dunia dengan menghalalkan segala cara. Ayat ini ingin memberi gambaran tentang semangat berlomba yang benar yang ditunjukkan oleh orang – orang Abrar dalam urusan akhirat. Makanya secara korelatif, ayat di atas merupakan jawaban dan arahan Allah agar potensi dan semangat untuk mengungguli orang lain hendaknya diarahkan pada urusan akhirat. Dimana sebelumnya di awal surah Al-Muthaffifin, Allah menggambarkan semangat berlomba – lomba yang ditunjukkan oleh orang – orang yang curang dalam urusan dunia sampai mereka tega berlaku culas dan menzalimi orang lain demi meraih keuntungan yang besar. Allah mengancam perilaku mereka dengan kecelakaan yang besar. “Kecelakaan besarlah bagi orang – orang yang curang (yaitu) orang – orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi”
(Al – Muthaffifin : 1-3)

Berdasarkan analisa maknanya, ayat ini menurut Ibnu Katsir senada dengan dua ayat lainnya dalam al-Qur’an, yaitu firman Allah yang bermaksud : “Ini adalah suatu hari yang bermanfaat bagi orang – orang yang benar kebenaran mereka. Bagi mereka surga yang di bawahnya mengalir sungai – sungai; mereka kekal di dalamnya selama – lamanya; Allah ridha terhadapNya. Itulah keberuntungan yang paling besar”
(Al-Maidah : 119)
Kedua ayat ini menunjukkan bahwa keberuntungan dan kemengan yang besar adalah dengan meraih surga Allah SWT. Dan hanya untuk meraih penghargaan itu, manusia memanga diperintahkan untuk berlomba – lomba.
Menurut Ath-Thabari, sifat berlomba dalam urusan akhirat merupakan sifat puncak dan tertinggi dari orang- orang yang berbakti (Al-Abrar). Ia menjelaskan dalam tafsirnya, “Dan untuk meraih kenikmatan yang dicapai oleh orang – orang Abrar seperti yang digambarkan dalam ayat ini, hendaklah manusia berlomba – lomba. Dan berlomba tentunya dalam hal – hal yang bernilai dan berharga, bukan dalam urusan yang kecil atau sepele. Dan itulah asal arti kata “Al-Muthaffifin” yang berasal dari kata “nafis” yang hal yang bernilai dan berharga dan sangat menarik dan dikejar oleh manusia. Makanya Muhammad Abduh menarik kesimpulan bahwa untuk kenikmatan yang tidak terhingga tersebut manusia sepatutnya tidak boleh mengala dan harus berusaha lebih baik dan lebih dahulu dari orang lain.
Berdasarkan analisa bahasa menurut Al-Lusi, didahulukannya objek “Dan untuk yang demikian itu” atas perintah berlomba – lomba adalah untuk menarik perhatian atau sebagai batasan bahwa hanya untuk urusan akhirat hendaknya orang – orang itu berlomba – lomba, tidak untuk urusan yang lainnya. Apalagi perintah dalam ayat ini – menurut Ibnu Asyur – menggunakan “Lamul Amr” (huruf lam yang menunjukkan perintah) yang tidak digunakan kecuali untuk perintah yang sangat dituntut dan dianjurkan.

Secara hukum berdasarkan objeknya menurut Ibnu Hajar dalam Fathul Bari, berlomba – lomba dapat dibagi menjadi tiga :
• Pertama, berlomba yang terpuji, yaitu dalam urusan amal ketaatan (Akhirat)
• Kedua, berlomba yang tercela, dalam urusan kemaksiatan
• Kegita, berlomba yang dibenarkan, yaitu dalam hal – hal yang mubah
Dan memang perintah untuk berlomba – lomba dalam kebaikan merupakan benteng dari perilaku berlomba – lomba dalam kemaksiatan dan urusan dunia, karena demikian kecenderungan manusia akan berlomba mengejar kenikmatan dunia yang menggiurkan seperti yang dikwatirkan oleh Rasulullah SAW dalam hadistnya, “Bukanlah kefakiran yang sangat aku kwatirkan terjadi pada kalian, tetapi aku sangan khwatir jika (kemewahan,kesenangan) dunia dibentangkan luas atas kalian, kemudian karenanya kalian berlomba – lomba untuk meraihnya sepertimana yang pernah terjadi pada orang – orang sebelum kalian. Maka akhirnya kalian binasa sebagaimana mereka juga binasa karenanya” (HR Bukhori dan Muslim)

Pada realitasnya menurut Sayyid Qutb, tidak ada kebaikan sedikitpun pada tindakan dan perilaku berlomba – lomba dalam usaha mengejar dunia, bahkan sebaliknya justru akan menimbulkan konflik, kerusakan dan huru hara di atas bumi ini, sedangkan sebaliknya, berlomba – lomba untuk meraih apa yang disediakan Allah SWT akan mampu mengangkat dan membersihkan diri manusia. Karena bagaimanapun kenikmatan dunia itu hanya berlangsung sesaat dan sangat cepat sirna. Manakala apa yang ada di sisi Allah akan kekal dan berlangsung tanpa batas. “Apa yang di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal. Dan sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang – orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan” (QS. An-Nahl : 96)
Pada tataran aplikasinya, ayat di atas dan ayat yang semakna dengannya merupakan motivasi terbesar bagi para sahabat dalam menjalankan ketaatan kepada Allah SWT sehingga mereka senantiasa berlomba dan ingin lebih dahulu melakukan kebaikan dibanding saudaranya yang lain. Sebut saja misalnya Abu Bakar dan Umat bin Khattab ra. Ketika pada suatu hari Rasulullah SAW meminta para sahabatnya untuk menginfaqkan apa yang dimilikinya dari harta, makanan dan senjata yang bisa dimanfaatkan dalam perang. Maka spontan Umar bin Khattab berkata kepada dirinya, “Demi Allah, saya akan mendahului Abu Bakar dalam kebaikan ini” Umar yakin bahwa dirinya menginfakkan lebih baik dari Abu Bakar, kemudian ia membagikan hartanya menjadi dua bagian; satu bagian untuk keluarganya dan satu bagian lagi diserahkan untuk keluarganya dan satu lagi diserahkan untuk Rasulullah SAW. Rasulullah tersenyum bangga melihat perilaku sahabatnya dan memujinya. Namun tidak berapa lama kemudian, datanglah Abu Bakar dengan membawa seluruh hartanya, Rasulullah tersenyum bangga seraya bertanya kepadanya, “Lantas apa yang engkau sisakan untuk keluargamu ?” Dengan yakin dan penuh Tawakkal, Abu Bakar menjawab,”saya tinggalkan untuk mereka Allah dan RosulNya”. Demikianlah sikap orang – orang Abrar dari para sahabat Rasulullah SAW yang terkemuka.Allah memuji mereka dalam firmanNya : “Dan orang – orang yang beriman paling dahulu. Mereka itulah yang didekatkan kepada Allah. Berada dalam jannah kenikmatan. Segolongan besar dari orang – orang yang terdahulu, dan segolongan kecil dari orang – orang yang kemudian” (QS. Al- Waqi’ah : 10-14) Demikianlah berlomba –lomba untuk meraih surga Allah adalah dengan bersegera melakukan kebaikan dan ketaatan, karena setiap muslim memang dituntut untuk berpacu membuka pintu – pintu kebaikan dan ketaatan kepada Allah SWT.

Dr. Ahmad Asy-syirbhasi menuturkan tadabburnya terhadap ayat di atas dalam bukunya “Mausu’at Akhlaqul Qur’an” bahwa sekarang ini manusia cenderung bangga dan berlomba agar lebih kaya dari orang lain, lebih kuat, atau lebih tinggi kedudukannya daripada orang lain dan seterusnya. Mereka terus berbangga dan mengejar urusan duniawi dan hal – hal yang terbatas lainnya dengan penuh kesungguhan dan usaha yang maksimal. Padahal berbangga dengan hal – hal seperti ini sangat jauh dari kebenaran dan bertentangan dengan sikap orang – orang Abarar yang mendapat pujian Allah SWT dan diabadikan kisahnya untuk dijadikan teladan. Saatnya untuk menjadikan ayat di atas dan petunjuk Allah lainnya sebagai motivasi untuk berlomba meraih kenikmatan yang terbesar dengan ikut menjadi peserta yang terdepan dalam setiap ajang lomba kebaikan yang dianjurkan oleh Allah dan RasulNya. Semoga implementasi ayat tersebut di atas mewarnai setiap langkah kehidupan agar terhindar dari perlombaan meraih kenikmatan duniawi yang cenderung mengabaikan orang lain dan terkadang merampas hak – hak mereka.

Friday, 28 November 2008

SIAPA SALAFI YANG SEBENARNYA ?

Oleh : H.Imanan, S.Ag.

           • 
      
“Katakanlah: Inilah jalan (Agama) ku, aku dan orang – orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada tiada termasuk orang – orang yang musyrik” (Q.S. Yusuf(108) ayat :108)


 : Aku dan orang –orang yang mengikutiku,  •
“Shahabat Ibnu Abbas berkata, : Yaitu para shahabat Rosulullah SAW. Mereka berada di atas jalan yang baik dan petunjuk yang lurus. Mereka adalah gudang ilmu dan iman dan mereka adalah tentara Ar-Rahman (ALLAH)”

Rasulullah SAW bersabda :
“Sungguh aku telah meninggalkan kalian diatas jalan yang lurus dan terang. Malamnya bagaikan siangnya.Tak ada seorangpun yang menyeleweng dari jalanku kecuali ia akan binasa(tersebut).Sesungguhnya siapa diantara kalian yang masih hidup(dalam waktu yang lama) akan melihat perselisihan yang banyak. Maka ikutilah apa yang kalian ketahui dari sunnahku dan sunnah para khalifahku yang mendapatkan petunjuk dan terbimbing, gigitlah (sunnahku dan sunnah mereka dengan gigi geraham kalian)”
(HR. Ibnu Majah)
Mengikuti salafush shalih (generasi terdahulu yang shalih) adalah jalan keselamatan dan tercepat menuju kejayaan. Orang yang mengikuti salafush shalih inilah yang kemudian lazim disebut salafi.
Namun apa jadinya jika ternyata kata salafi (pengikut salaf) ini menjadi sebuah klaim kelompok tertantu.Paranya lagi, klaim menjadi bola salju yang tak terkendali. Meski sama – sama mengikuti salafush shalih, mereka menganggap orang – orang yang berada di luar kelompoknya bukan termasuk salafi. Sikap keraspun segera disematkan sebagai konsekuensi tidak bergabungnya seseorang dalam kelompok ini.
Runyamnya lagi jika ternyata karakter kelompok yang mengklaim dirinya salafi tersebut berbeda dengan generasi salafi dalam banyak hal.Lalu siapa salafi yang sebenarnya ? Apakah kelompok yang mengikuti salaf ? Atau kelompok yang hanya mengaku dan menggunakan nama “salafi”

DEFENISI SALAF
Dr. Abdullah bin shalih al-Mahmud menegaskan, bahwa yang dimaksud dengan kata salaf menurut istilah syara’ adalah para shahabat Rasulullah, tabi’in, tabi’ut tabi’in dan seluruh umat yang mengikuti jejak mereka dengan baik hingga hari kiamat, di mana al-‘Adalah(keadilan) dan kebersihan diri mereka telah diakui oleh umat secara ijma’, dan mereka tidak pernah tertuduh melakukan bid’ah yang menyebabkan kekufuran atau kefasikan.(Mauqifu Ibni Taimiyah minal Asy’irah : 1/28)
Pada awalnya, yang dimaksud dengan generasi salaf adalah generasi shahabat, tabi’in, tabi’ut tabi’in. Namun karena masa kehidupan mereka (terutama masa tabi’in dan tabi’ut tabi’in) mulai timbul berbagai sekte (kelompok) sesat seperti Khawarij, Rafidhah, Qodariyah, Jabbariyah, Murji’ah dan Mu’tazilah,maka istilah salaf ini selanjutnya mempunyai dua pengertian (al – Madkhal li ad-Dirasat al-Aqidah al-Islamiyah ‘ala Madzhab ahli Sunnah wal al-Jama’ah : 14)
Pertama, Aspek qudwah (keteladanan) Artinya, yang dimaksud dengan istilah salaf adalah tiga generasi pertama islam yang disebut sebagai al-Qurun al-Mufadhalah(tiga generasi mulia) yaitu generasi shahabat, tabi’in, tabi’ut tabi’in.
Kedua, aspek manhaj(Metode). Artinya salaf tidak terbatas pada tiga generasi utama saja,namun juga mencakup setiap muslim yang mengikuti manhaj mereka sampai hari kiamat nanti. Siapa salaf atau pengikut salaf.
Karena itu, setelah timbul sekte – sekte sesat itu, para ulama sepakat menyatakan istilah salaf digunakan juga untuk setiap orang yang mengikuti dan menjaga kemurnian islam sesuai dengan manhaj dan pemahaman tiga generasi pertama islam.
Selanjutnya perlu diperhatikan, istilah salaf atau mengikuti manhaj salaf tidak cukup dengan sekedar pengakuan dan slogan kosong semata, namun lebih dari itu adalah praktek yang benar – benar dan sungguh – sungguh dalam mengikuti pemahaman dan jejak langkah para shahabat, tabi’in, tabi’ut tabi’in.
Dr. Ibrahim bin Muhammad al-Buraikan berkata : “Dengan ini diketahui bahwa pensifatan dengan salaf itu merupakan pujian atas setiap orang yang menjadikannya sebagai qudwah, dan manhaj. Adapun mensifati diri dengan salaf tanpa merealisasikan kandungan lafal ini maka tidak ada pujian baginya, karena ukuran (salaf tidaknya seseorang) adalah praktek dari nama tersebut, bukan sekedar nama tanpa pelaksanaan.”

H.Imanan, S.Ag.
Wakil Bendahara PDM Kota Surabaya dan
Anggota Lajnah Tarjih Muhammadiyah Kota Surabaya

Wednesday, 10 September 2008

***SEGELAS SUSU***

Suatu hari,seorang anak lelaki miskin yang hidup sebagai pedagang asongan dari pintu ke pintu biasanya dilakukan dikomplek kompleks Rumah Dinas Kehabisan uang. Kondisinya saat itu sangat lapar.Anak lelaki tersebut memutuskan untuk meminta makanan dari rumah berikutnya. Akan itu tidak jadi meminta makanan, ia hanya berani meminta segelas air. Ibu muda tersebut melihat dan berpikir bahwa anak lelaki itu pastilah lapar.

Oleh karena itu, ia menawarkan segelas besar susu. Kemudian, anak lelaki tersebut minum dengan lahapnya dan bertanya, Berapa saya harus membayar untuk segelas susu ini ?

Ibu itu menjawab, “Kamu tidak perlu membayar apa pun, orangtua kami dulu mengajarkan untuk tidak menerima bayaran jika melakukan suatu kebaikan” kata Ibu itu menambahkan.

Sambil menghabiskan susunya, anak lelaki tersebut berkata dalam hatinya: “Dari hatiku yang terdalam, aku sangat simpati pada Ibu yang berbaik hati ini, dia tidak sombong sekalipun istri Pejabat.”

Beberapa puluh tahun kemudian, Ibu muda dahulu (yang kini sudah agak lanjut usianya) mengalami sakit yang sangat kritis. Balai pengobatan sudah tidak mampu lagi mengobati penyakit komplikasinya, apalagi saat ini ia berstatus janda seorang pensiunan kereta api. Atas saran keluaranya, si wanita ini dipindahkan ke Rumah Sakit Umum Pemerintah yang ada dikota tersebut untuk di observasi. Namun, tetap saja tidak bisa di obati. Akhirnya, dengan menjual barang – barang tersisa dan atas bantuan rekan – rekan sesama janda pensiunan, si wanita muda dikirim ke ibukota karena disana ada seorang dokter yang mampu mengobati penyakit komplikasinya itu.

Dr. Sobur Nurjaman Ali dipanggil untuk melakukan pemeriksaan. Pada saat ia mendengar nama kota asal si Ibu tersebut, terbesit seberkas panacaran cahaya aneh pada mata Dr. Sobur, Segera ia bangkit mengenakan jubah dokternya dan bergegas turun melalui aula rumah sakit menuju kamar si wanita tersebut, Ia langsung mengenali wanita itu dengan sekali pandang.

Dr. Sobur Nurjaman Ali kemudian kembali ke ruang konsultasi dan memutuskan untuk melakukan serangkaian medical check up total serta terapi – terapi medis lainnya. “Pokoknya, ibu tersebut harus sembuh,” demikian obsesinya. Mulai hari ini, si Ibu yang tergolek lemah tersebut menjadi perhatian Dr. Sobur dengan kasih yang tulus. Memasuki bulan ketiga di rumah sakit tersebut ternyata ibu tersebut sembuh benar – benar sembuh.

Lalu, Dr. Sobur meminta bagian keuangan rumah sakit tersebut untuk mengirimkan seluruh tagihan biaya pengobatan kepadanya guna persetujuan. Dr. Sobur melihatnya, dan menuliskan sesuatu pada pojok atas lembar tagihan tersebut. Ia sangat yakin bahwa ibu ini tidak akan mampu membayar tagihan tersebut walaupun harus dicicil seumur hidupya. Bisnis yang dirintis bersama sang suami (almarhum) ketika memasuki pensiun gagal karena ditipu orang, demikian cerita si ibu kepada Dr. Sobur beberapa waktu lalu. Hal ini pula yang membuat ia jatuh miskin, dengan seorang anak yang saat ini juga pengangguran.

Lembar tagihan akahirnya sampai ke tangan ibu yang malang itu. Dengan rasa was – was is memberanikan diri membaca tagihan yang disodorkan bagian keuangan. Disana tertera rincian biaya yang dikeluarkan selama ia menjalani pengobatan. Akan tatapi, ada sesuatu yang menarik perhatiannya pada pojok atas lembar tagihan tersebut. Ia membaca tulisan yang berbunyi : “Telah di bayar lunas dengan segelas besar susu“ Tertanda : Dr. Sobur Nurjaman Ali

Di ambil dari buku “Setengah Isi – Setengah Kosong(half full – half empty)” oleh: Drs. Parlindungan Marpaung,Psi.,MT.,MA.

Hikmah dan I’tibar yang dapat diambil :
• Tidak selamanya hidup ini stabil, ada saatnya kita mengalami goncangan hidup, Jabatan, Kekayaan, dan fasilitas yang dimiliki saat ini merupakan “baju” yang bisa di lepas setiap saat. Namun, kebahagiaan yang diperoleh melalui memberi dengan tulus adalah sesuatu yang abadi.
• Zig Ziglar(2000) “Kita semua pernah melemparkan batu ke dalam kolam atas danau dan mengamati, sementara lingkaran yang semakin besar terbentuk pada airnya” Apa yang di berikan, baik itu berupa senyuman, pujian yang tulus,dekapan,perhatian,ucapan selamat,bahkan materi yang dimiliki secara langsung atau tidak langsung akan memberi dampak yang besar baik bagi si penerima maupun si pemberi.
• Memberi dari kelebihan mungkin hal biasa yang sudah seharusnya dilakukan. Namun, ketika memberi dari kekurangan kita, disinilah pemaknaan hidup yang lebih tinggi.

“ RAMADHAN BULAN TAUBAT “

Ahad, 31 Agustus 08 - oleh : Pimpinan Daerah Muhammadiyah Bontang

Oleh Eko Prasetyo

Gema Ramadhan berkumandang di mana-mana. Di tiap sudut, baik di kota maupun desa, banyak orang yang larut dalam suasana menyambut datangnya Ramadhan. Kebahagiaan ini juga saya rasakan ketika mendengar suara-suara pembacaan ayat suci Alquran di surau-surau, musala-musala, hingga masjid-masjid. Alhamdulillah.

Ada esensi penting dalam bulan suci Ramadhan. Puasa tidak hanya menyehatkan tubuh, tidak sekadar menahan lapar dari pagi hingga petang. Namun, puasa juga merupakan momen untuk membasuh jiwa dengan mendekatkan diri kepada Allah azza wa jalla, meraih mahabah-Nya.

Rasulullah bersabda, ”Barang siapa berpuasa Ramadhan dengan keimanan dan mengharap pahala (keridhaan) Allah, maka diampuni dosa-dosanya yang terdahulu.” (HR Al-Bukhari). Dalam hadis lain disebutkan, ”Bau mulut seorang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah pada hari kiamat dari harumnya misik (minyak wangi yang paling harum di dunia) (HR Al-Bukhari).

Di tengah carut marutnya situasi negeri ini akibat krisis ekonomi yang berlarut-larut, Ramadhan ini sangat menyejukkan. Betapa tidak, selain krisis ekonomi, negeri ini tengah diterpa krisis moral yang sangat mengkhawatirkan karena rendahnya toleransi sosial kepada kaum duafa. Banyak bayi gizi buruk meninggal karena orang tuanya sangat miskin. Beli minyak tanah untuk menanak nasi saja mereka tak mampu, apalagi untuk membelikan bayinya susu. Tak ayal, ketika bahan kebutuhan pokok makin mahal, asupan gizi bagi bayi-bayi orang duafa tak terpenuhi. Maka, banyak pula nyawa balita gizi buruk tak tertolong.

Ya Allah. Harga elpiji kian melambung dan sulit didapat. Selain itu, banyak masyarakat yang mengeluhkan karena langkanya minyak tanah di beberapa daerah. Hal tersebut tentu saja menjadi pemandangan dan fakta yang memprihatinkan. Negeri ini seolah bukan tempat yang nyaman buat orang miskin dan terpinggirkan. Negeri ini seakan tak berpihak pada kaum duafa. Di negeri ini, orang miskin seperti dilarang sakit. Sebab, mereka dinilai tak mampu membayar biaya pengobatan dan rumah sakit. Dengan demikian, banyak kaum papa dan duafa menangis, tak tahu akan mengadu kepada siapa ketika membutuhkan perhatian dan pertolongan.

Di negeri yang kaya sumber daya alamnya ini, ternyata miskin dengan sumber daya pemimpin yang jujur dan amanah. Yang banyak dan sering terjadi justru wakil rakyat dan pemimpin korup. Tak banyak bukti realisasi janji mereka pada saat berkampanye dulu. Di negeri ini, orang miskin semakin tersudut karena kebutuhan akan pendidikan juga tak terpenuhi. Orang miskin seolah dilarang mendapatkan pendidikan yang layak. Betapa tidak, biaya sekolah yang kian mahal tak bisa mereka jangkau. Untuk makan saja sulit, makan sehari dua kali saja sudah untung, bagaimana mereka menyekolahkan anak-anak mereka?

Tak heran, pendidikan gratis dan layak bagi orang miskin menjadi pekerjaan rumah pemerintah. Janganlah program-program terbaru malah menyulitkan mereka. Ketika menengok seorang kawan di RSU dr Soetomo Surabaya, saya terenyuh melihat banyaknya warga pemegang kartu askeskin yang dirawat di situ. Tak tega saya melihat kenyataan bahwa ada warga yang memilih rawat jalan untuk menghemat biaya. Padahal, saat itu dia diharuskan rawat inap. Tentu, hal tersebut juga banyak terjadi di negara ini. Semua serbaduit. Mau buang air kecil saja bayar, apalagi masuk rumah sakit. Tentu, tidak kecil biaya perawatan di rumah sakit.

Kenyataannya, warga yang memiliki kartu askeskin belum tentu mendapatkan perawatan terbaik. Subhanallah. Sayang, tingginya angka kemiskinan dan kematian bayi busung lapar tidak membuat nurani dan mata hati para elite politik melek. Yang menyakitkan hati rakyat, makin banyak para wakil rakyat yang ditangkap karena terlibat kasus suap dan korupsi. Nilainya tidak main-main, bahkan sampai ratusan juta. Negara dirugikan, rakyat dibohongi. Padahal mereka, para wakil rakyat itu, dibayar dari APBN.

Itu berarti mereka digaji dari uang rakyat. Namun, para wakil rakyat tersebut justru menyelewengkan amanah dan tanggung jawab yang dibebankan kepada mereka. Astaghfirullah. Karena itu, datangnya bulan penuh ampunan ini amat menyejukkan. Ramadhan menjadi momen yang tepat untuk lebih mendekatkan diri kepada Ar Rahman. Apalagi, di bulan suci ini terdapat malam lailatul qadar yang lebih baik dari seribu bulan. Subhanallah.

Karena itu, Ramadhan adalah momen yang tepat untuk memohon ampunan dengan tobat yang sebenar-benarnya. Mari berlomba-berlomba dalam menebar kebaikan dan mempererat ukhuwah Islamiah. Semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat dan ampunan-Nya bagi hamba-hamba-Nya yang memohon ampunan-Nya.
Wallahu ‘alam bishshawab

*** KATA – KATA BIJAK ***

(1)
“Semua ibadah diharamkan kecuali yang ada perintah dan semua muammalah (masalah dunia) boleh dilakukan kecuali yang diharamkan ”

“Kebaikan yang tidak terorganisir akan kalah dengan kejahatan yang terorganisir”

“Mati adalah bahaya, akan tetapi lupa kepada kematian merupakan bahaya yang jauh lebih besar dari kematian itu sendiri”
(K.H. Ahmad Dahlan )

(2)
Orang Bijak pernah membagi tiga jenis manusia :
1. Manusia Bodoh, yakni mereka yang selalu melalaikan dan mengesampingkan setiap kesempatan yang ada
2. Manusia Baik, yakni mereka yang selalu mengambil kesempatan yang datang kepadanya
3. Manusia Bijak, yakni mereka yang selalu mencari kesempatan yang memungkinkan dirinya untuk terus berkembang tanpa harus banyak menunggu
(3)
Opportunist
(mencari kesempatan dalam kesulitan)
Dan
Adventure
(memanfatkan kesempatan)

“Marilah kita memilih untuk mejadi adventure yang memiliki pemikiran yang selangkah lebih maju dalam memaknai setiap kajadian, saat orang lain diam, kita mulai berjalan. Saat orang lain jalan, kita sudah berlari. Saat orang lain berlari, kita sudah kita sudah sampai. Saat orang lain sampai, kita sudah istirahat. Saat orang lain istirahat, kita sudah mulai jalan lagi”(one step a head)

(4)
“Bukan lingkungan yang menerjemahkan makna ke dalam diri kita, melainkan persepsi kita yang memandang dan memaknai hal tersebut secara berbeda “ cara pandang yang positif ini akan sangat mempengarui efektifitas kerja kita, sehingga akan memiliki willingness to do more (keinginan untuk melakukan yang lebih dari yang diminta)

(5)
“Ketika kita memandang permasalahan dan beban itu berasal dari diri kita, justru pada saat itu sebenarnya kitalah yang saat itu sedang bermasalah. Sedangkan pepatah china mengatakan (Daripada mengutuki kegelapan lebih baik ambil satu batang lilin dan nyalakan)” Stephen Covey

(6)
Optimisme yang sebenarnya adalah menyadaari masalah serta mengenali pemecahannya, mengetahui kesulitan dan yakin bahwa kesulitan itu dapat diatasi. Melihat yang negative dan menekankan yang positif, namun mengharapkan yang terbaik. Mempunyai alas an untuk menggerutu tetapi memilih untuk tersenyum. Bukan peristiwanya yang penting, melainkan bagaimana kita merespon peristiwa yang terjadi tersebut akan menentukan kualitas diri kita.

KAOS OBLONG atau BAJU TAQWA (SOPAN)

IBARAT orang sedang jatuh cinta, maka ia selalu rindu dan siap berkorban. Demikian pula seorang muslim, ia akan senantiasa merindukan masjid yang dicintainya. Berikut ini salah satu ciri – ciri orang yang mencintai masjid baik sebagai pengurus maupun jamaah masjid yang disarikan dari buku panduan Memakmurkan masjid dan Mencintai Masjid karya Drs. H. Ahmad Yani.

Ciri – ciri ini tercermin dalam Al-Qur’an dan Al-Hadist

 Memakai Pakaian yang Baik / Sopan

Allah berfirman, “Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid…”(QS. Al-A’raf (7) ayat 31)

Karena kita mencintai masjid, maka hendaklah kita memperhatikan busana yang kita kenakan saat berada di dalam rumahNya. Selain itu, Nabi saw. Menganjurkan umatnya memakai wangi – wangian jika berada di masjid.

Betapa banyak kita lihat dan bisa kita bandingkan dalam kehidupan sehari – hari, banyak orang yang punya niat pergi ke resepsi (pernikahan, Khitanan, atau diundang Bapak presiden dll), maka akan mempersiapkan jauh – jauh hari untuk memilih pakaian yang terbagus yang kita meliki bahkan kalau perlu beli baru.Sedangkan kalau kita pergi ke masjid untuk menghadiri pengajian, sholat yang itu hakikatnya merupakan undangan dari yang nyawa kita berada dalam genggamanNya, cukup hanya memakai kaos oblong.

Ibrah / pelajaran yang bisa kita ambil dari sekelumit artikel diatas adalah :
1. Kita mengaku Yakin dan Cinta kepada ALLAH SWT., sudahkah kita melaksanakan dan mempraktekkan ayat di atas
2. Tidak ada kata terlambat untuk berubah menjadi yang lebih baik
3. Tiada hari tanpa perbaikan diri (Introspeksi / koreksi diri)

GHIRAH / SEMANGAT SEORANG TUNANETRA

Banyak orang yang di limpahkan kenikmatan oleh Allah Swt. Tetapi hanya sedikit yang mau mensyukurinya,bahkan kita sendiri.
Sudahkah kita mempergunakan nikmat Allah untuk kebaikan ?
Jawabannya, hanya kita yang tau !!!

Roudhatul Makfufih(Taman Tunanetra) adalah yayasan yang khusus buat saudara kita yang Tunanetra / Buta. Subhanallah, di yayasan itu ada seorang Tunanetra yang bernama Ismail Prawirakusuma,S.Ag. Beliau adalah sarjawan dengan wisudawan terbaik dengan IP 3.90 dan juga Hafizh Al-qur’an,bacaannya Subnallah merdu menyayat hati.

Bisa kita bayangkan bagaimana sulitnya beliau belajar,dan membaca Al-Qur’an dengan huruf breile(huruf timbul)…Allahu Akbar.

QS. Ar – Rahman(55) ayat 13
“Maka nikmat Tuhan-mu yang manakah yang kamu dustakan ?”
(Ayat ini diulang oleh Allah dalam surat Ar-Rahman sebanyak 31 x)

Beliau yang membaca Al- Qur’an hanya dengan indra raba saja bisa sampai hafal bagaimana dengan kita, yang diberikan nikmat penglihatan lengkap sampai kalah dengan beliau. Atau memang kita yang tidak mau mempelajari Al-Qur’an, cara membacanya ataupun artinya ?
Karena sampai saat ini tidak ada hadist bahkan Al-Qur’an yang menjelaskan, yang penting artinya tidak wajib belajar membaca Al-Qur’an . Alangkah bijak dan baiknya kalau kita bisa membaca sekaligus mengerti artinya.

Ibrah / pelajaran yang bisa kita ambil dari cerita diatas :
1. Membaca Al-Qur’an itu ibarat sebuah perniagaan yang menguntungkan (QS. Fathir(35) ayat 29-30 )
2. Marilah kita belajar membaca Al-Qur’an dan sekaligus artinya
3. Kita contoh apa yang dilakukan saudara kita Ismail Prawirakusuma,S.Ag

“Alhamdulillah, Ramadhan Telah Tiba ”

(“Alhamdulillah, Ramadhan Telah Tiba ”)

”Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwa”
(Q.S. Al-Baqarah (02): 183).
Alhamdulillah, Ramadhan telah tiba.
Seluruh umat Islam menyambut bahagia.
Lantunan ayat-ayat suci Alquran terdengar di mana-mana
Pintu neraka ditutup, pintu surga dibuka.
Bulan yang penuh ampunan, pahala berlipat ganda.
Shalat tarawih berjamaah memupuk persaudaraan terhadap sesama.
Berpuasa mendatangkan nikmat tiada tara.
Berbagi cinta dengan anak yatim dan kaum duafa Menunaikan kewajiban di bulan penuh barokah
Maka, janganlah mencela, ghibah, berdusta, dan adu domba
Di bulan suci ini, mari kita menjemput cinta-Nya.
Alhamdulillah, telah datang bulan ampunan ini
Saatnya membasuh diri dan introspeksi
Menjauhi segala penyakit hati, iri, dan dengki
Kepada kaum lemah kita saling menghormati
Banyak hikmah di bulan suci
Lapar menanamkan sikap rendah hati
Bertadarus memahami kitab suci
Tarawih mendekatkan diri kepada Ilahi
Alhamdulillah, Ramadhan adalah momen yang tepat
Hilangkan sekat antara rakyat dan pejabat Jangan lagi kaum lemah ditindas kaum kuat
Mari kita saling berjabat
Dan sama-sama bertobat
Tebarkan cinta terhadap sesama dengan zakat
Alhamdulillah ya Rahman ya Rahiim atas berkah Ramadhan Menanti datangnya Nuzulul Quran
Izinkan kami menjemput Malam Seribu Bulan
Ampunilah kami atas segala dosa dan kekhilafan
Marhaban yaa Ramadhan……
Prasetyo_pirates@yahoo.co.id

Sunday, 3 August 2008

Silaturahmi

Maasyiral muslimin rahimakumullah!
Allah SWT berfirman yang artinya, “Dan bertaqwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahmi. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.” (An-Nisaa’:1)
Rasulullah saw. bersabda yang artinya, “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah ia bersilaturahmi.”

Maasyiral muslimin rahimakumullah!
Ayat dan hadis diatas menganjurkan kepada kita untuk melakukan silaturahmi. Silaturahmi secara bahasa berasal dari dua kata silatun yang berarti menyambung dan rahmi yang berarti rahim. Rahim adalah tempat tumbuh anak dalam perut seorang ibu. Allah SWT berfirman yang artinya, “Allah mengetahui apa saya yang dikandung oleh setiap perempuan, dan kandungan rahim yang kurang sempurna dan yang bertambah. Dan segala sesuatu pada sisi-Nya ada ukurannya.” (Ar-Ra’d: 8)

Kata rahmi ini kemudian mengandung kepada dua pengertian. Pertama, kerabat secara umum, yaitu orang-orang yang ada nasab degan kita. Kedua, kerabat yang mahram, yaitu para kerabat yang diharamkan bagi kita untuk mengadakan pernikahan dengannya.
Dengan demikian sillaturrahmi adalah menyambung hubungan kerabat, baik yang mahram maupun yang bukan mahram.

Maasyiral muslimin rahimakumullah!
Silaturahmi adalah amalan yang pahalanya besar di sisi Allah. Allah swt juga menjanjikan keluasan rizqi dan keberkahan umur bagi mereka yang melakukan silaturahmi. Dari Abu Hurairah, Rasulullah saw. bersabda yang artinya, “Barang siapa yang suka diluaskan rizqinya dan dipanjangkan umurnya maka hendaklah ia melakukan silaturahmi.”
Disamping itu, silaturahmi juga merupakan buah dari iman, sebagaimana sabda Rasulullah saw. yang artinya, "Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah ia melakukan silaturahmi.”

Maasyiral muslimin rahimakumullah!
Silaturahmi hendaknya juga kita lakukan terhadap orang-orang yang telah memutuskan hubungannya dengan kita. Seseorang datang kepada Rasulullah saw. dan berkata, “Ya Rasulullah, saya mempunyai kerabat, saya menyambungnya padahal mereka telah memutuskanku, saya berbuat baik kepadanya padahal mereka telah berbuat buruk kepadaku dan saya bersabar (bermurah hati) kepadanya padahal mereka telah membodohiku?” Rasulullah saw. bersabda, “Jika kamu sebagaimana yang kamu katakan, maka seakan-akan engkau telah menempelkan abu panas kepada mereka dan kemenangan dari Allah atas mereka akan masih bersamamu selama engkau dalam keadaan seperti itu.”

Maasyiral muslimin rahimakumullah!
Islam melarang kita memutuskan silaturahmi ini. Karena memutuskan silaturahmi termasuk dosa besar. Bagi mereka yang melakukannya akan terhalang masuk surga. Rasulullah saw. bersabda yang artinya, 'Tidak akan masuk surga orang yang memutuskan ikatan rahim.” (HR Bukhori Muslim)
Barang siapa memutuskan hubungan dengan kerabat yang lemah, mengisolasi mereka, bersikap takabur kepadanya dan tidak berbuat baik kepada mereka, padahal ia kaya sedangkan mereka fakir, maka ia termasuk katagori yang diancam dengan hadis di atas, terhalang masuk surga kecuali jika bertaubat kepada Allah lalu berbuat baik kepada mereka.

Rasulullah saw. bersabda yang artinya, “Barang siapa mempunyai kerabat yang lemah lalu tidak berbuat baik dan mengalokasikan sedekahnya kepada selain merkea, niscaya Allah tidak akan menerima sedekahnya dan tidak akan memandangnya pada hari kiamat. Barang siapa dalam keadaan fakir, hendaklah menyambung (ikatan rahim) dengan mengunjungi mereka dan selalu menanyakan kabar mereka.”

Dalam hadis yang lain Nabi saw. bersabda yang artinya, “Sambunglah ikatan rahim kalian walaupun hanya dengan ucapan salam.”

“Orang yang menyambung itu bukanlah mukafi (orang yang melakukanya jika kerabatnya terlebih dahulu melakukan hal itu kepadanya), akan tetapi orang yang menyambung adalah orang yang jika kamu memutuskan hubungan darinya ia menyambungnya. “ (HR Bukhari)

Dalam sebuah hadits qudsi Allah SWT berfirman yang artinya, "Aku adalah ar-Rahman (Yang Maha Pengasih) dan dia adalah ikatan rahim. Barang siapa yang menyambungnya, Aku pun menyambung hubungan dengannya. Dan barang siapa yang memutuskannya, Aku pun memutuskan hubungan darinya." (HR Ahmad dan Tirmidzi)
Semoga Allah Ta'ala menjadikan kita orang-orang yang senantiasa melakukan silaturahmi. Amin. Wallaahu a'lam bish showaab

Tuesday, 29 July 2008

Kegagalan Jangan Membuatmu Berputus Asa

Maasyiral muslimin rakhimakumullah!
Allah swt telah berfirman: Alladziina qaala lahumunnaasu innannaasa qad jama’uu lakum fakhsauhum fazaadahum iimaana wa qaaluu hasbunallaahu wa ni’mal wakiil. Fanqalabuu bini’matim minallaahi wa fadhlin lam yamsashum suu-un wat taba’uu ridlwaanallaahi wallaahu dzuu fadzlin ‘adziim. Innamaa dzaalikumus syaithaanu yukhawwifu auliyaa-ah falaa takhaafuhum wa khaafuuni inkuntum mukminin. (yaitu) orang-orang yang mentaati Allah dan Rasul yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan, “Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka,” maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab, “Cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik pelindung. Maka mereka kembali dengan ni’mat dan karunia (yang besar) dari Allah, mereka tidak mendapat bencana apa-apa, mereka mengikuti keridhoaan Allah, Dan Allah mempunyai karunia yang besar. Sesungguhnya mereka itu tidak lain hanyalah syaithon yang menakut-nakuti (kamu) dengan kawan-kawannya (orang-orang musyrik Qurays) karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku jika kamu benar-benar orang yang beriman.

Maasyiral muslimin rakhimakumullah!
Seusai perang Uhud pada tahun ke-3 hijrah dan kaum muslimin telah mendapatkan apa yang mereka dapatkan, Abu Sufyan pemimpin kaum musyrik berseru kepada Rasulullah: “Ya Muhammad, jika engkau mau, maka tempat pertemuan kita selanjutnya adalah Badar.” Rasulullah saw. pun menjawab: “Ya, insya Allah ta’ala.”
Setiba di Madinah Rasulullah saw. kemudian merasa khawatir dan takut kalau-kalau orang musyrik datang ke Madinah untuk menyempurnakan kemenangan mereka. Menyikapai hal ini Rasulullah saw. lantas memanggil para sahabatnya agar segera keluar
dibelakang musuh. Beliau juga memerintahkan agar yang menyertai dirinya hanyalah yang ikut dalam satu peperangan saja. Para sahabatpun menyambut perintah itu dengan penuh kekuatan diri dan kebulatan tekad setelah mereka mendapatkan luka dan mereka terus berjalan hingga akhirnya mereka sampai sebuah tempat yang disebut dengan Hamra’ al-Asad.

Apa yang dikhawatirkan Rasulullah terbukti. Orang-orang musyrik tengah mempersiapkan diri mereka menuju Madinah Munawwarah. Namun, manakala mereka mengetahui bahwa Nabi telah keluar dari Madinah menuju Makkah dan mengira yang datang bersama Rasulullah adalah orang yang tidak ikut dalam perang sebelumnya Dan Allah memberikan rasa takut kepada hati meraka, maka merekapun bergegas kembali menuju Makkah .
Maasyiral muslimin rakhimakumullah!

Ketika Rasulullah saw. berada di Hamra’ al-Asad beliau menangkap seorang penyair yang bernama Abi Izzah. Abi Izzah ini seringkali mencela Rasulullah saw. dengan syair-syairnya dan memberi semangat kaum musyrikin untuk melawan kaum muslimin.
Rasulullah akhirnya memberikan kebaikan kepadanya, manakala terjadi perjanjian dengan Rasulullah bahwa dia tidak akan lagi melantunkan syair yang memberi semanagat kaum musyrikin untuk membunuh kaum muslimin. Namun Abi Izzah melanggar janji ini. Maka Rasulullah memerintahkan agar Abi Izzah dibunuh. Abi Izzah lalu bertawassul kepada Rasulullah saw agar memberikan kebaikan kepada dirinya sekali lagi. Rasulullah saw. menjawab: “Tidak demi Allah, Janganlah kau bersihkan kedua pipimu dengan Ka’bah. Engkau telah menipu Muhammad dua kali. Seorang mukmin tidak terjerumus ke dalam lubang yang sama dua kali.” Perang di Hamra al-Asad diangggap sebagai jawaban atas apa yang diperoleh kaum muslimin dalam perang Uhud.
Maasyiral muslimin rakhimakumullah!

Peristiwa diatas adalah pelajaran yang jelas dan gamblang bagi kaum muslimin dalam segala kondisi tidak tertipu oleh aktivitas kaum munafik, musyrik dan orang yang melanggar perjanjian. Seorang mukmin hendaknya tidak terjerumus kedalam sebuah lubang yang sama dua kali.

Maasyiral muslimin rakhimakumullah!
Dalam perang Badar, Abu Sufyan berupaya menangguhkan pasukan kaum muslimin dan melakukan perang urat syaraf, namun upaya ini menemui kegagalan.
Kaum muslimin terus datang ke Badar dengan senantiasa melantunkan, “Hasbunallaahu wa ni’mal wakiil (Cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik pelindung). maka bertambahlah keimanan orang mukmin. Maka hendaknya kita melantunkan, “Hasbunallaahu wa ni’mal wakiil (Cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik pelindung), terlebih saat ini kita berada dalam perkara yang besar. Allah adalah pelindung kita, Allahlah yang akan mencukupi kita dan Allahlah yang akan menjadi penolong kita. Dalam sebuah hadits Nabi diriwayatkan, “Jika kalian berada dalam perkara yang besar maka katakanlah Hasbunallaahu wa ni’mal wakiil.” Adalah Nabi Ibrahim as juga melantunkan ucapan ini ketika beliau dilempar ke dalam api.

Maasyiral muslimin rakhimakumullah!
Kaum muslimin telah keluar dan berdiam di Badar selama tiga hari. Mereka melakukan aktivitas perdaganagan dengan aman dan tenteram. Dan mereka pulang dengan membawa ghonimah dengan selamat. Sebagaimana yang ditunjukkan Allah dalam firman-Nya, “Alladziina qaala lahumunnaasu innannaasa qad jama’uu lakum fakhsauhum fazaadahum iimaana wa qaaluu hasbunallaahu wa ni’mal wakiil.( (yaitu) orang-orang yang mentaati Allah dan Rasul yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan, “Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka,” maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab, “Cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik pelindung.)
Ayat yang mulia diatas mengajak kita agar berdiam diri, tegar dan tetap kokoh dalam posisi atau tempat yang sulit. Ayat tersebut juga mengajak kepada kita untuk senantiasa bertawakal kepada Allah menyandarkan ketakutan hanya kepada-Nya karena tidak ada tempat berlindung kecuali hanya Dia, Allah SWT. Karena bila rasa takut seorang mukmin kepada Allah itu telah melekat dalam dirinya, maka Allah akan menundukkan semua makhluk kepadanya.

Maasyiral muslimin rakhimakumullah!
Kaum muslimin tidak berputus asa terhadap kejadian yang menimpa mereka pada perang Uhud. Mereka tidak tidur, tenang, melarikan diri dari tanggung jawab, memusuhi jabatan dan singgasana, menuduh satu dengan lainnya dari belakang, maupun menolong Parsi atau Rum. Mereka tidak pula melakukan konferensi politik, badan keamanan, maupun pernyataan atas nama bangsa sebagaimana yang dilakukan oleh dunia Islam saat ini.

Maasyiral muslimin rakhimakumullah!
Pada masa lampau, kaum muslimin telah mengalami ujian yang begitu berat kerika perang Tatar dan Salib berkecamuk. Dan nenek moyang kita bisa melampui kesulitan itu dengan tegar, kokoh dan pengorbanan. Hal ini dikarenakan mereka bertaqwa kepada Allah dan hanya takut kepada-Nya. Dalam sebuah riwayat Imam Hasan Bashri bertanya kepada seseorang, “Bagaimana rasa takutmu kepada Allah? Maka orang yang bertanya berkata, “Apabila saya berada dalam sebuah kapal laut, lalu kapal itu hancur dan meninggalkan satu papan, lalu aku menggantungkan diriku dengan papan itu. Dan engkau berada dalam Ombak yang besar maka bagaimanakan perasaanmu?, Ia menjawab “Saya sangat takut," Maka Hasan Al-Bashri berkata, “Begitulah rasa takutku kepada Allah siang dan malam.

Maasyiral muslimin rakhimakumullah!
Hari ini ummat Islam tengah mengalami ujian dan cobaan meskipun demikian hal ini tidak menghilangkan rasa kepercayaan kita kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Dan janganlah berputus asa, karena Allah swt telah berfiman yang artinya, “Janganlah berputus asa terhadap rahmat Allah, Sesungguhnya tidak berputus asa terhadap rahmat Allah kecuali orang-orang yang kafir.” Wallahua’lam.

Al-Islam - Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia

Silaturahmi

Maasyiral muslimin rahimakumullah!
Allah SWT berfirman yang artinya, “Dan bertaqwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahmi. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.” (An-Nisaa’:1)
Rasulullah saw. bersabda yang artinya, “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah ia bersilaturahmi.”

Maasyiral muslimin rahimakumullah!
Ayat dan hadis diatas menganjurkan kepada kita untuk melakukan silaturahmi. Silaturahmi secara bahasa berasal dari dua kata silatun yang berarti menyambung dan rahmi yang berarti rahim. Rahim adalah tempat tumbuh anak dalam perut seorang ibu. Allah SWT berfirman yang artinya, “Allah mengetahui apa saya yang dikandung oleh setiap perempuan, dan kandungan rahim yang kurang sempurna dan yang bertambah. Dan segala sesuatu pada sisi-Nya ada ukurannya.” (Ar-Ra’d: 8)

Kata rahmi ini kemudian mengandung kepada dua pengertian. Pertama, kerabat secara umum, yaitu orang-orang yang ada nasab degan kita. Kedua, kerabat yang mahram, yaitu para kerabat yang diharamkan bagi kita untuk mengadakan pernikahan dengannya.
Dengan demikian sillaturrahmi adalah menyambung hubungan kerabat, baik yang mahram maupun yang bukan mahram.

Maasyiral muslimin rahimakumullah!
Silaturahmi adalah amalan yang pahalanya besar di sisi Allah. Allah swt juga menjanjikan keluasan rizqi dan keberkahan umur bagi mereka yang melakukan silaturahmi. Dari Abu Hurairah, Rasulullah saw. bersabda yang artinya, “Barang siapa yang suka diluaskan rizqinya dan dipanjangkan umurnya maka hendaklah ia melakukan silaturahmi.”
Disamping itu, silaturahmi juga merupakan buah dari iman, sebagaimana sabda Rasulullah saw. yang artinya, "Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah ia melakukan silaturahmi.”

Maasyiral muslimin rahimakumullah!
Silaturahmi hendaknya juga kita lakukan terhadap orang-orang yang telah memutuskan hubungannya dengan kita. Seseorang datang kepada Rasulullah saw. dan berkata, “Ya Rasulullah, saya mempunyai kerabat, saya menyambungnya padahal mereka telah memutuskanku, saya berbuat baik kepadanya padahal mereka telah berbuat buruk kepadaku dan saya bersabar (bermurah hati) kepadanya padahal mereka telah membodohiku?” Rasulullah saw. bersabda, “Jika kamu sebagaimana yang kamu katakan, maka seakan-akan engkau telah menempelkan abu panas kepada mereka dan kemenangan dari Allah atas mereka akan masih bersamamu selama engkau dalam keadaan seperti itu.”

Maasyiral muslimin rahimakumullah!
Islam melarang kita memutuskan silaturahmi ini. Karena memutuskan silaturahmi termasuk dosa besar. Bagi mereka yang melakukannya akan terhalang masuk surga. Rasulullah saw. bersabda yang artinya, 'Tidak akan masuk surga orang yang memutuskan ikatan rahim.” (HR Bukhori Muslim)
Barang siapa memutuskan hubungan dengan kerabat yang lemah, mengisolasi mereka, bersikap takabur kepadanya dan tidak berbuat baik kepada mereka, padahal ia kaya sedangkan mereka fakir, maka ia termasuk katagori yang diancam dengan hadis di atas, terhalang masuk surga kecuali jika bertaubat kepada Allah lalu berbuat baik kepada mereka.

Rasulullah saw. bersabda yang artinya, “Barang siapa mempunyai kerabat yang lemah lalu tidak berbuat baik dan mengalokasikan sedekahnya kepada selain merkea, niscaya Allah tidak akan menerima sedekahnya dan tidak akan memandangnya pada hari kiamat. Barang siapa dalam keadaan fakir, hendaklah menyambung (ikatan rahim) dengan mengunjungi mereka dan selalu menanyakan kabar mereka.”

Dalam hadis yang lain Nabi saw. bersabda yang artinya, “Sambunglah ikatan rahim kalian walaupun hanya dengan ucapan salam.”

“Orang yang menyambung itu bukanlah mukafi (orang yang melakukanya jika kerabatnya terlebih dahulu melakukan hal itu kepadanya), akan tetapi orang yang menyambung adalah orang yang jika kamu memutuskan hubungan darinya ia menyambungnya. “ (HR Bukhari)

Dalam sebuah hadits qudsi Allah SWT berfirman yang artinya, "Aku adalah ar-Rahman (Yang Maha Pengasih) dan dia adalah ikatan rahim. Barang siapa yang menyambungnya, Aku pun menyambung hubungan dengannya. Dan barang siapa yang memutuskannya, Aku pun memutuskan hubungan darinya." (HR Ahmad dan Tirmidzi)
Semoga Allah Ta'ala menjadikan kita orang-orang yang senantiasa melakukan silaturahmi. Amin.
Wallaahu a'lam bish showaab

Profesionalitas dalam berdakwah

***Diambil Dari Novel "Ayat-Ayat Cinta"***


Sepenggal episode perjalanan hijrah Nabi Muhammad SAW. ke Madinah. Ketika
akan berangkat hijrah ke Madinah beliau diberi seekor onta oleh Abu Bakar ra. Namun
beliau tidak mau menerimanya dengan cuma-cuma. Beliau mau menerima dengan syarat onta
itu beliau beli. Abu Bakar inginya memberikan dengan cuma - cuma untuk perjalanan hijrah Nabi.
Tapi baginda Nabi tidak mau beban tidak mau menggunakan kesempatan pengorbanan orang lain.
Abu Bakar punya keluarga yang harus di hidupi. Dakwah harus berjalan profesional meskipun
pengorbanan -pengorbanan tetap diperlukan. Dan Nabi mencontohkan profesional dalam berdakwah.
Beliau tidak mau menerima onta Abu Bakar kecuali dibayar harganya. Mau tak mau Abu Bakar pun mengikuti
keinginan Nabi. Onta itu dihargai sebagaimana umumnya dan Baginda Nabi membayar harganya. Barulah
keduanya berangkat hijrah. Itulah pemimpin sejati. Tidak seperti para kiai di Indonesia yang menyuruh umat
mengeluarkan shadaqah jariyah, bahkan menyuruh santrinya berkeliling daerah mencari sumbangan dana dengan
berbagai macam cara termasuk menjual kalender, tapi dia sendiri ongkang -ongkang kaki di masjid atau di pesantren.

ketika seseorang telah disebut 'Kiai' dia malu untuk turun ke kali untuk mengangkat batu, Meskipun batu itu untuk membangun
masjid atau pesantrennya sendiri. Dia merasa hal itu tugas orang -orang awam dan para santri. Tugasnya adalah mengaji. Baginya,
kemampuan membaca kitab kuning diatas segalanya. Dengan membacakan kitab kuning ia merasa sudah memberikan segalanya kepada umat.
Bahkan merasa telah menyumbangkan yang terbaik. Dengan khutbah Jum'at di masjid ia merasa telang oaling berjasa. Banyak orang lalai,
bahwa Baginda Nabi tidak pernah membacakan Kitab kuning. Dakwa Nabi dengan perbuatan lebih banyak daripada dakwah dengan khutab atau
perkataan. Ummul Mu'minin, Aisyah ra. berkata "Akhlaq Nabi adalah Al-Qur'an!" Nabi adalah Al -Qur'an berjalan. Nabi tidak canggung mencari kayu
bakar untuk para sahabatnya. Para sahabat meneladanin apa yang beliau contohkan. Akhirnya mereka juga menjadi Al- Qur'an yang menyebar ke seluruh
penjuru dunia Arab untuk di contoh seluruh umat. Tapi memang, tidak mudah meneladani akhlaq Nabi. Menuntut orang lebih mudah daripada menuntut diri
sendiri.

Pelajaran yang dapat di ambil dari cerita diatas adalah :
1. Seorang dai / Ustad harus lebih memberikan contoh perbuatan daripada omongan/khutbah(Dakwah bil Hal)
2. Seorang Dai / Ustad Harus Profesional Dakwah ya Dakwah tanpa membebani orang lain atau muridnya /santrinya
3. Seorang Dai / Ustad pantang menyuruh - nyuruh Santrinya.

Wallahua'lam Bissowaaab

'Ayah, bolehkah aku berpacaran?

'Ayah, bolehkah aku berpacaran?

ABSTRACT:
Mungkin ada diantara kita selaku orangtua yang tidak mampu bersikap tegas dalam menyampaikan ajaran Islam,terutama yang berhubungan dengan psikoseksual remaja.
Kita 'malu' menyampaikan kebenaran, padahal itu adalah kewajiban kita untuk menyampaikannya dan hak mereka untuk mengetahuinya. 'Ayah, bolehkah aku berpacaran? 'mungkin salah satu pertanyaan yang lambat laun akan menyergap kita. Salah satu jawaban yang cerdas, memuaskan dan tepat, mungkin dapat kita simak dari artikel di bawah ini.
Semoga Allah SWT memudahkan kita untuk memberikan yang terbaik kepada putra-putri kita, yaitu pendidikan yang baik dan adab yang mulia.


Seorang ayah, bila ia mempunyai putra yang beranjak remaja, lambat atau cepat ia akan disergap oleh pertanyaan seperti ini: 'Ayah, bolehkah aku berpacaran?'
Pengertian “berpacaran” menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah bercintaan, berkasih-kasihan.

Sebagai Ayah yang baik, kita sudah seharusnya sejak jauh hari berusaha menyiapkan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan tak terduga seperti itu. Namun seringkali kita tidak siap dengan jawaban ketika pertanyaan tadi terlontar dari mulut anak kita.
Seorang ayah mempunyai posisi strategis. Ayah tidak saja menjadi pemimpin bagi keluarganya, seorang ayah juga seharusnya bisa menjadi teman bagi anak-anaknya, menjadi narasumber dan guru bagi anak-anaknya.

'Tiada pemberian seorang bapak terhadap anak-anaknya yang lebih baik dari pada (pendidikan) yang baik dan adab yang mulia.' (HR At-Tirmidzy)

'Barangsiapa yang mengabaikan pendidikan anak, maka ia telah berbuat jahat secara terang-terangan ...' Ibnu Qayyim.

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Setiap kamu adalah pemimpin, dan setiap kamu akan dimintai bertangungjawaban terhadap apa yang kamu pimpin. Seorang suami (ayah) adalah pemimpin bagi anggota keluarganya, dan ia akan dimintai pertanggungjawaban terhadap apa yang telah dipimpinnya atas mereka. HR Muslim).

Ada sebuah contoh yang datangnya dari keluarga Pak Syamsi. Ketika Iwan anak remajanya bertanya soal berpacaran, Pak Syamsi yang memang sudah sejak lama mempersiapkan diri, dengan santai memberikan jawaban seperti ini: 'Boleh nak, sejauh berpacaran yang dimaksud adalah sebagaimana yang terjadi antara Ayah dan Bunda' Pak Syamsi menjelaskan kepada Iwan, bahwa berpacaran adalah menjalin tali kasih, menjalin kasih sayang, dengan lawan jenis, untuk saling kenal-mengenal, untuk sama-sama memahami kebesaran Allah di balik tumbuhnya rasa kasih dan sayang itu.
Oleh karena itu, berpacaran adalah ibadah. Dan sebagai ibadah, berpacaran haruslah dilakukan sesuai dengan ketentuan Allah, yaitu di dalam lembaga perkawinan.

Di dalam sebuah Hadits Shahih Riwayat Ahmad, Bukhari dan Muslim, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: “Jangan sekali-kali seorang laki-laki bersendirian dengan seorang perempuan, melainkan si perempuan itu bersama mahramnya.” 'Di luar ketentuan tadi, maka yang sesungguhnya terjadi adalah perbuatan mendekati zina, suatu perbuatan keji dan terkutuk yang diharamkan ajaran Islam (Qs. 17:32).

Allah SWT telah mengharamkan zina dan hal-hal yang bertendensi ke arah itu, termasuk berupa kata-kata (yang merangsang), berupa perbuatan-perbuatan tertentu (seperti membelai dan sebagainya).' Demikian penjelasan Pak Syamsi kepada Iwan anak remajanya.


"DI DALAM LEMBAGA PERKAWINAN, ANANDA BISA BERPACARAN DENGAN BEBAS DAN TENANG, BISA SALING MEMEMBELAI DAN MENGASIHI, BAHKAN LEBIH JAUH DARI ITU, YANG SEMULA HARAM MENJADI HALAL SETELAH MENIKAH, YANG SEMULA DIHARAMKAN TIBA-TIBA MENJADI HAK BAGI SUAMI ATAU ISTRI YANG APABILA DITUNAIKAN DENGAN IKHLAS KEPADA ALLAH AKAN MENDATANGKAN PAHALA." Demikian penjelasan pak Syamsi kepada Iwan.

"Namun jangan lupa, sambung pak Syamsi, "ISLAM MENGAJARKAN DUA HAL YAITU MEMENUHI HAK DAN KEWAJIBAN SECARA SEIMBANG. DI DALAM LEMBAGA PERKAWINAN, KITA TIDAK SAJA BISA MENDAPATKAN HAK-HAK KITA SEBAGAI SUAMI ATAU ISTERI, NAMUN JUGA DITUNTUT UNTUK MEMENUHI KEWAJIBAN, MENAFKAHI DENGAN LAYAK, MEMBERI TEMPAT BERNAUNG YANG LAYAK, DAN YANG TERPENTING ADALAH MEMBERI PENDIDIKAN YANG LAYAK BAGI ANAK-ANAK KELAK ..."

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Seorang yang membina anaknya adalah lebih baik daripada ia bersedekah satu sha' ... (HR At-Tirmidzy).

"Nah, apabila ananda sudah merasa mampu memenuhi kedua hal tadi, yaitu hak dan kewajiban yang seimbang, maka segeralah susun sebuah rencana berpacaran yang baik di dalam sebuah lembaga perkawinan yang dicontohkan Rasulullah..." Demikian imbuh pak Syamsi.

Seringkali kita sebagai orangtua tidak mampu bersikap tegas di dalam menyampaikan ajaran Islam, terutama yang sangat berhubungan dengan perkembangan psikoseksual remaja. Seringkali kita 'malu' menyampaikan kebenaran yang merupakan kewajiban kita untuk menyampaikannya, sekaligus merupakan hak anak untuk mengetahuinya. Sebagai anak, seorang Iwan memang harus mempunyai tempat yang cukup layak untuk menumpahkan aneka pertanyaannya. Sebagai lelaki muda, yang ia butuhkan adalah sosok ayah yang dapat menjawab pertanyaan-pertanyaannya dengan cerdas, memuaskan, dan tepat. Seorang ayah yang mampu menjawab pertanyaan bukan dengan marah-marah. Berapa banyak remaja seperti Iwan diantara kita yang tidak punya tempat bertanya yang cukup layak?

Bagi seorang Iwan, sebagaimana dia melihat kenyataan yang terjadi di depan matanya, berpacaran adalah memadu kasih diantara dua jenis kelamin yang berbeda, sebuah ajang penjajagan, saling kenal diantara dua jenis kelamin berbeda, antara remaja putra dengan remaja putri, yang belum tentu bermuara ke dalam lembaga perkawinan. Hampir tak ada seorang pun remaja seperti Iwan yang mau menyadari, bahwa perilaku seperti itu adalah upaya-upaya mendekati zina, bahkan zina itu sendiri!

Celakanya, hanya sedikit saja diantara orangtua yang mau bersikap tegas terhadap perilaku seperti ini.
Bahkan, seringkali sebagian dari orangtua kita justru merasa malu jika anaknya yang sudah menginjak usia remaja belum juga punya pacar. Sebaliknya, begitu banyak orangtua yang merasa bangga jika mengetahui anaknya sudah punya pacar. 'Berapa banyak kejahatan yang telah kita buat secara terang-terangan ...?'

Di sebuah stasiun televisi swasta, ada program yang dirancang untuk mempertemukan dua remaja berlawanan jenis untuk kelak menjadi pacar. Di stasiun teve lainnya ada sebuah program berpacaran (dalam artian perbuatan mendekati zina) yang justru diasosiasikan dengan heroisme, antara lain dengan menyebut para pelakunya (para pemburu pacar) sebagai "pejuang." Dan bahkan para "pejuang" ini mendapat hadiah berupa uang tunai yang menggiurkan anak-anak remaja. Perilaku para "pejuang" ini disaksikan oleh banyak remaja, sehingga menjadi contoh bagi mereka.

Makna pejuang telah bergeser jauh dari tempatnya semula. Seseorang yang melakukan perbuatan mendekati zina disebut "pejuang." Hampir tidak pernah kita mendengar ada seorang pelajar yang berprestasi disebut pejuang. Jarang kita dengar seorang atlet berprestasi disebut pejuang.

Semoga bermanfaat.

Monday, 28 July 2008

Jangan menyia-nyiakan waktu

Abu Darda r.a. Suatu ketika menulis surat kepada Salman Al-Faritsi r.a.

"Hai Saudaraku, pergunakanlah waktu sehatmu dan waktu luangmu sebelum kamu tertimpa bencana yang tidak ada seorang manusia pun mampu menghilangkannya"

Sungguh, semua hari akan berlalu, setiap waktu akan habis, dan setiap pandangan akan terlewati, tidak ada kemampuan manusia yang dapat menghalanginya,yaitu kematian.

Wednesday, 16 January 2008

D3 TKJ -ITS Surabaya

Assalamulaikum wr.wb.....
Salam Kenal Temen2 TKJ PJJ se Indonesia
Wasslamulaikum wr.Wb.

Motivator

Di jalan ini tidak ada Tempat berhenti
Sikap lamban Berarti Mati
Mereka yang bergerak pasti di depan
yang berhenti sejenak Pasti tergilas

kami tidak akan melihat Dunia
Kecuali dengan mata kami sendiri